Apa hubungannya, ya? Secara langsung memang tidak ada hubungannya. Tapi kalau kita ingin menarik sebuah hikmah dari sebuah kejadian atau pengalaman, tentu bisa dilihat sebuah hubungan. Dalam konteks melatih dan mengembangkan kecerdasan emosional (EQ) anak, ternyata kita bisa belajar dari kasus sebuah mobil.
Saya punya mobil merek KIA Sephia (Timor) warna coklat muda bikinan tahun 1996. Saya membelinya dari seorang kenalan pada Agustus 2006. Tujuan utama saya membeli mobil itu adalah untuk memudahkan istri saya yang sedang hamil enam bulan kala itu. Tak tega rasanya melihat istri saya berangkat dan pulang bekerja mengendarai motor sendiri dengan perut yang mulai membesar. Dia sudah tampak kerepotan mengatur jarak antara perut dan setir motor ^_^ Belum lagi dia harus melalui jalan bypass Bandara Juanda yang terkenal rawan kecelakaan. Saya waktu itu sudah berpikir sudah saatnya membeli mobil. Alhamdulillah, soft loan dari kantor cair. Jadi saya bisa segera beli mobil.
Alhasil, anak saya sudah terbiasa pergi naik mobil sejak lahir. Apakah pergi ke dokter, ke rumah eyang di Surabaya, ke rumah eyang di Madiun, ke tempat rekreasi, dan ke mall. Selalu naik mobil. Tidak masalah cuaca panas terik atau hujan. Selalu naik mobil. Dan tampaknya, anak saya mengasumsikan bahwa semua orang kalau bepergian pasti menggunakan mobil. Di matanya semua orang mempunyai mobil. Suatu hari, saat sedang berkunjung di rumah eyangnya dan mendapati eyangnya hendak pergi, spontan anak saya nyeletuk, “Eyang Ti mau pergi, ya. Lho, mana mobilnya?” Padahal, sang eyang kan tidak punya mobil.
Nah itu dia. Ucapan anak saya itu lumayan membuat saya tersentak. Untuk saat ini saya bisa maklum karena dia masih bocah batita. Tapi kalau keterusan, bisa-bisa dia menganggap bahwa tidak punya mobil berarti suatu hal yang ‘tidak semestinya’. Kalau sudah begitu, seorang anak kelak tumbuh menjadi sombong dan suka memandang rendah orang lain. Agar itu tidak terjadi, dia harus segera diarahkan ke jalur yang benar.
Hal itu sejatinya sudah menjadi perhatian saya sejak awal. Saya tidak ingin anak saya tumbuh menjadi anak yang tinggi hati. Dia harus tahu kalau orang tuanya juga orang biasa-biasa saja. Tak ada yang pantas disombongkan. Saya ingin EQ anak saya tumbuh dengan baik. Memiliki rasa simpati dan empati adalah hal yang ingin saya tanamkan ke anak saya.
Anda tahu yang saya lakukan? Di waktu senggang –terutama saat weekend- saya sering pergi berduaan dengan Rasha, anak saya itu. Kadang ke rumah ibu saya, kadang ke toko buku, dan kadang pula membeli makan ke depot. Naik mobil? Tidak. Saya selalu mengajak Rasha naik bemo (angkot). Bocah perempuan tiga tahun itu pun selalu tampak sumringah. Sepertinya dia merasakan sebuah variasi yang menyenangkan. Saya juga sering mengajak Rasha naik motor dan becak.
Tujuan saya jelas. Saya ingin Rasha tidak pilih-pilih sarana kendaraan kalau bepergian. Saya tidak ingin dia berpikiran: “Kalau tidak naik mobil, tidak mau!” Saya yakin ini bisa menjadi satu pembelajaran yang efektif untuk melatih EQ anak saya, pada level yang sederhana. Dengan begitu, diharapkan dia punya sense yang peduli dengan orang lain, tidak eksklusif.
Bagaimana dengan teman-teman, apakah punya pengalaman mendidik anak menumbuhkan EQ-nya? Atau bagi teman-teman yang belum berkeluarga atau belum dikaruniai momongan, mungkin ada pengalaman yang bisa dibagi ^_^
05 Maret 2010
Share This To :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sesuatu yang berharga, yang tidak terpikirkan olehku, Nice Artikel!
BalasHapusTrims sobat atas masukan yang berharga ini!
BalasHapusgimana ya mas, lum punya nih (istri dan anak) hehehe, btw tips yg menarik tq dah berbagi :)
BalasHapuskalau di indonesia banyak pilihan ya...
BalasHapusdisini? mmm ya begitulah...pilihan lain taxi, yg tertanam adalah rasa perlu menunggu...kalau naik bis lebih banyak tidak nyamannya karena berbeda dengan di tanah air.
kalau di pulkam, ya naik bis, naik motor, naik andong...
tidak semua ortu bisa seperti apa yg sudah dilakukan mas edwin.
BalasHapus@ Nuances Pen dan Nuansa Pena - Trims juga mas Edi. Memang enak berbagi...
BalasHapus@ Aulawi Ahmad - Hihihi jadi buruan nyusul mas...
@ Narti dan Sda - Buat melatih anak Mbak supaya nggak manja...
Nice posting mas edwin.
BalasHapusuntuk saat ini karena anak saya masih berusia 7 bulan, sudah terbiasa kalau bangun tidur langsung baik itu siang, malam atau pagi selalu melihat celana dalam nya. yang itu tandanya minta di "tatur" dalam bahasa jawanya.
jadi alhamdulillah "ngompol sangat jarang".
waduh masih belum punya istri apalagi anak hehe...
BalasHapustp menurut saya itu cara mendidik yg tepat dan kesannya tidak seperti menasehati...
wah ... makasih Pak Edwin, suatu pembelajaran yang efektif, saya akan contoh.
BalasHapuswah saluut buat bang edwin...
BalasHapustp bener cara bang edwin patut di contoh buat saya di masa mendatang... :D
Sebuah kisah nyata yang menarik dari keluarga muda di kota besar. Anak adalah buah hati harapan orang tua. Anak yang pintar, patuh, menyayangi sesamanya, ceria dan hidupnya bahagia menjadi harapan orang tua. Disisi lain, tidak mudah mendidik anak di lingkungan dan kondisi yang sangat kompleks seperti saat ini. Solusi yang bagus. Trims sharingnya yang komunikatif.
BalasHapusterimakasih atas shringnya, menarik sekali
BalasHapusEdwin,
BalasHapusMemang seorang anak harus dibimbing agar menjalani hidup ini apa adanya. Dengan demikian akan bijaksana kalau sudah dewasa.
Mantap juga mas.., emang harusnya spt itu.
BalasHapusSemoga anak-2 masa depan tak hanya mampu dimanjakan dengan kemewahan saja.
betul sekali brader dari sekarang kita harus benar2 bisa memberikan pelajaran hidup sederhana kepada anak2 kita. saya sering tuh pergi ke toko buku sama anak saya yang bungsu, seperti biasa ada aja yang minta dibelikan buku (saya turuti, yang penting biar ada tambahan ilmu).
BalasHapuscintailah anak-anak & kasih sayangilah mereka, bila menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberikan mereka rezeki. (HR Ath-thahawi)
Artikelnya menarik gan,bisa jadi inspirasi !
BalasHapussalam kenal ya gan !
blognya saya follow yak !
mampir nih mas, kunjungan rutin...
BalasHapusberkunjung..ortu memang harus begitu...
BalasHapusSaya jadi inget anaknya john travolta. Yang kemana-mana naik boeing 737 milik pribadi, disupiri sama sang ayah.
BalasHapusSuatu kali ayahnya ndak bisa mengantarkan, istri dan anaknya pun naik pesawat komersil biasa. Si anak bilang ke ibunya:
"Mommy, ini orang pada ngapain di kapal kita?"
wkwkwk...dan itu beneran kejadian. :D
Bener juga ya, ga pernah kepikiran sama saya :D
BalasHapusKalau anak saya ya kemana2 naik motor aja. Ya mungkin juga bakal nyeletuk kaya anak mas itu, sudah semestinya semua pake motor. Memang, ada baiknya jika mendidik sedari usia dini mas :)
aq gak bisa share mas, cz aq lum nikah. tapi aq suka banget cara mendidik seperti ini. Membiasakan anak berperilaku sederhana tanpa menyombongkan diri.
BalasHapusSalam kenal mas, ini kunjungan pertama saya di blog ini. Mase asli sby?
Andrik Sugianto (Lumajang)
Calon anak saya masih dalam kandungan mas, doakan sehat, share yg menarik. Makasih yach mas
BalasHapussalam sobat
BalasHapusRasya anak cerdas mas Edwin,,jadi wajar saja kalau dia nyeletuk begitu.
karena sesuatu yang bikin enak dan senang pasti dia menginginkannya.
saya yakin, ngga jadi anak yang tinggi hati.
kunjungannya sob
BalasHapussetuju banget dengan caranya Mas Edwin...
BalasHapusKakak saya yang di Surabaya (di Ketintang tinggalnya) caranya juga begitu, mobil hanya dipake sekali2, anak2nya lebih sering pake umum dan motor... Keponakan2 saya sekolahnya malah jalan kaki, lumayan deket sih dari rumah.
wah, seperti nya anda ayah yang baik dan mengajarkan nilai2 kehidupan yang benar kepada anak anda. saya blom berkeluarga, jd ga bs sharing cukup baca2 ajah dulu d. thanks sob sharing nya
BalasHapusmenarik juga gan infonya ,tereima kasih gan bbuat infonya salam kenala aja gan
BalasHapusinfo mennarik nih, makasih gan
BalasHapusinfonya bagus banget nich...! thanks for share.
BalasHapussalam kenal ya...!
artikelnya bagus banget..! thanks ya buat infonya...!
BalasHapuswah bisa saja mengaitkan antara mobil dan emosi anak, jadi anaknya terbiasa naik mobil dan memandang kalo tidak punya mobil bukan hal yang biasa ia lakukan, untung orang tuanya cepat sadar kalau tidak mungkin anak itu tumbuh dengan rasa sombong di hatinya
BalasHapusmerupakan insprirasi yang berharga hanya dari mobil dan anak..
Memang seharusnya kita tidak memanjakan anak sejak dini
BalasHapusmemang begitulah anak anak harus diberikan pengajaran positif karena apa yang sudah tertanam dari kecil akan berefek ke dunia dewasanya. Jika tidak di ajarkan atau dinasehati akan berlanjut ke arah pola berfikir yang negatif.
BalasHapusobat wasir ampuh
BalasHapusterima kasih atas informasinya
BalasHapusokk thanks gan
BalasHapus