Di kawasan Waru, sekitar dua kilometer dari rumah saya, dibuka sebuah rumah sakit baru beberapa bulan lalu. Namanya Mitra Keluarga. Keberadaan rumah sakit baru di kawasan itu memberikan sebuah pilihan baru bagi warga sekitarnya. Terutama, bagi warga Surabaya selatan dan warga Sidoarjo utara. Ini karena Waru merupakan kecamatan di wilayah yurisdiksi Sidoarjo yang berbatasan dengan Surabaya.
Rumah sakit ini berstandard internasional, sama dengan RS Mitra Keluarga yang ada di Surabaya, dan ini kali pertama kota Sidoarjo memiliki rumah sakit seperti ini. Tak heran kalau ia langsung menjadi primadona. Banyak orang berbondong-bondong mencoba rumah sakit yang berseberangan dengan pintu gerbang perumahan Delta Sari Indah, komplek perumahan elit tertua di Sidoarjo.
Saya pun turut menjadi ‘korban’-nya. Setelah kali pertama mencoba berkunjung ke rumah sakit ini beberapa waktu setelah diresmikan, akhirnya keterusan. Di kala anak saya sakit panas, kami datang ke Mitra Keluarga. Padahal, anak saya sudah mempunyai dokter langganan di kawasan Bratang, Surabaya. Di saat istri saya mengalami keluhan serupa, saya pun membawanya ke sana. Ini karena dokter obgin istri saya di kawasan Darmo, Surabaya, sedang tidak praktik. Pekan lalu, pembantu saya terjatuh ke selokan saat sedang merapikan ranting pohon mangga di depan rumah. Kepala sebelah kanan perempuan sepuh yang masih enerjik itu sobek sepanjang lima sentimeter dan terus mengucurkan darah. Tanpa pikir panjang, saya membawanya ke UGD Mitra Keluarga. Tujuh jahitan pun ‘disematkan’ di kepalanya.
Ya, rumah sakit baru ini memang memberikan kemudahan bagi kami. Selain jaraknya dekat, pelayanannya ramah, juga suasananya yang bersih, nyaman, dan berkelas. Sampai-sampai, setiap kali kami melewati Mitra Keluarga, istri saya selalu bertanya ke Rasha, anak saya, “Hayo, ini rumah sakitnya siapa?” Rasha pun spontan menukas, “Rumah sakitnya Rasha, rumah sakitnya Bunda, rumah sakitnya Nenek (pembantu kami).”
Setiap mendengar cengkerama itu, saya selalu menyahut, “Lho, sering ke rumah sakit kok malah bangga?”
Tunggu dulu. Mengapa Rasha kok tidak menyebut “rumah sakitnya Papa”? Ya, begitulah kenyataannya. Untuk yang satu ini saya bersyukur karena saya hampir tidak pernah masuk rumah sakit sebagai pasien. Kalau sedang tidak enak badan, saya cukup kerokan dan minum obat, lalu istirahat. Alhamdulillah, saat bangun badan saya sudah terasa lebih sehat. Sepanjang sejarah hidup saya, baru sekali saya harus masuk rumah sakit, yaitu saat saya terserang demam berdarah di tahun 2000. Saya ingat, kala itu saya masih menjadi wartawan Jawa Pos. Akibat setiap malam ‘berkunjung’ ke tempat pembuangan sampah Keputih yang saat itu sedang bergejolak, saya kurang istirahat. Dalam kondisi tubuh yang sedang tidak baik, rupanya saya dijadikan target oleh para nyamuk aedes aegypti, hehehe. Semoga saya, keluarga saya, dan teman-teman semua senantiasa diberi kesehatan dan tak lupa bersyukur kepada-Nya.
Demikian catatan kecil ini. Dari cerita sepele ini saya ingin menekankan bahwa kesehatan adalah segalanya. Kesehatan adalah nikmat termahal, jauh di atas kekayaan harta sebesar apapun. Teman-teman sepakat dengan saya?
.
14 Juni 2010
Share This To :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
aku pilih sehat walafiat walau ada asuransi sekalipun...
BalasHapushmmm ada RS baru terus mencoba...
BalasHapuskalau cocok mah gak apa-apa...
Halo Edwin,
BalasHapusSaya setuju bahwa kesehatan merupakan prioritas utama. Karena walaupun kita kaya raya tapi kalau tidak sehat maka sulit menikmati keindahan hidup ini.
'Gunakan masa sehatmu, sebelum datang masa sakitmu.'
BalasHapusbetul mas... sehat itu anugerah terindah, namun jarang disyukuri, baru sadar kalo udah sakit...
BalasHapusbener.. saya juga milih sehat..
BalasHapusabis udah pernah bete sekali kelamaan tinggal di RS..
rasanya mau minggat aja..
betul sekali Pak, kesehatan itu sangat berharga !, dan lebih baik mencegah daripada mengobati !
BalasHapussetuju mas, sehat itu segalanya,kita memang harus pandai bersyukur :)
BalasHapusMalam bang..
BalasHapuswah nggak deh masuk rumah sakit, nemenin orang tua nginep ber hari-hari ja dah bosen gmn yg merasakan sakit nya dan terbaring di kasur..
salam sobat
BalasHapuslucu dan cerdas Rasha,,anak sekecil itu memang malahan bangga punya RS yg baru dan dekat rumah tersebut.
maksudnya bangga bukan karena sering sakitnya mas.
tapi karena akuannya.
selamat malam & selamat beristirahat Pak, semoga aktivitas hari ini berjalan dengan baik. Salam
BalasHapusalhamdulillah saya termasuk orng yg jarang kerumah sakit sebagai pasien.. kecuali setahun sekali buat periksa mata yg minus ini.. :D
BalasHapuskata orng sih kesehatan tidak dapat dibeli dgn uang.. ada jg yg mengatakan gunakan hidupmu sebaik2nya sebelum datang sakitmu.. sakit sangat tidak enak.. :D
mungkin buat yg banyak duit, sakit ringan aja kerumah sakit, kl g gt uang g cepet habis
BalasHapusSetuju banget Mas, kesehatan itu harus dijaga karena kesehatan itu tak ternilai harganya...
BalasHapusMudah2an Mas Edwin dan keluarga selalu diberi kesehatan, jadi ngga usah sering2 ke RS :)
Kesehatan memang amat berharga sekali nilainya mahal. Karena itu lebih baik mencegah daripada mengobati. Alangkah bahagianya kita dikaruniai kesehatan yang prima.
BalasHapusMemang kita akan terkesan dengan pelayanan rumah sakit dengan standar internasional seperti RS Mitra Keluarga Sidoarjo ini. Kita masuk ke dalamnya seperti di hotel saja, ruangan sejuk ber AC, perawat yang ramah, pelayanan yang cepat dan profesional, kamar yang bersih dan nyaman.
Trims sharingnya.
kesehatah adalah rizki terindah dari alloh swt..
BalasHapusBetul...
BalasHapuskesehatan itu mahal....
Dengan nikmat sehat makan jadi enak
BalasHapusmemang yang namanya kesehatan sangat-sangat berharga dan mahal, banyak orang yang rela menjual rumah mereka hanya untuk berobat agar sembuh dari penyakit yang diderita..
BalasHapussemoga kita selalu diberi kesehatan
terima kasih atas informasinya
BalasHapus