“Panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia…” Lagu itu hampir selalu kita nyanyikan saat kita merayakan hari jadi kita. Setelah itu dilanjutkan dengan berdoa agar kita selalu diberi kesehatan, rezeki, dan –lagi- panjang umur.
Saat mendengar kabar seseorang meninggal di usia muda -katakanlah 40 tahun, 25 tahun, bahkan masih balita- hati kita trenyuh. Rasa sesal muncul, mengapa almarhum tidak diberi umur panjang.
Tampaknya, panjang umur menjadi idaman semua manusia. Dengan memperoleh kesempatan hidup yang lebih panjang rasanya membuat hidup ini lebih berarti. Saya yakin, setiap orang ingin dianugerahi umur panjang.
Tapi benarkah panjang umur adalah segalanya?
Ada sebuah wacana. Dua hari lalu, saya lihat di televisi tentang orang yang diyakini tertua di dunia hasil sensus penduduk yang sedang dilaksanakan pemerintah. Namanya Maemunah asal Pandeglang, Jawa Barat, yang berusia 143 tahun. Kalau benar dia berusia setua itu, dia sangat hebat karena masih sanggup berjalan sendiri, meskipun harus dibantu tongkat. Nenek Maemunah pun masih bisa mengunyah permen dan ‘nyambung’ diajak ngobrol. Hanya, wanita yang diduga lahir pada 1867 itu sudah tidak dapat mengenali anaknya, apalagi cucu dan cicitnya.
Nenek Maemunah mungkin termasuk beruntung karena masih cukup mampu di usia setua itu. Tapi harus diakui, kebanyakan manusia sudah mengalami kemerosotan kondisi fisik, kognisi, dan bahkan motorik apabila telah berada di atas usia 70 tahun. Jika digambarkan dengan sebuah kurva, seorang manula berada di titik deklinasi yang pada gilirannya membuatnya kembali memiliki sifat-sifat seperti manusia belia.
Tapi tak bisa dipungkiri, usia hampir 1,5 abad benar-benar menempatkan Nenek Maemunah ke dalam klasifikasi usia ‘over tidak produktif’. Ibarat padi, seharusnya usia 143 tahun membuat Nenek Maemunah semakin merunduk dan berbobot yang sarat dengan pengalaman hidup. Beliau tentu tahu banyak tentang kolonialisme Belanda dan Jepang, letusan Gunung Krakatau, kemerdekaan Indonesia, dan fakta-fakta penting di Indonesia dan dunia semasa hidupnya. Beliau seharusnya bisa menjadi ‘narasumber’ mengenai kisah-kisah penting dalam sejarah. Namun kenyatannya tidak demikian. Sebetulnya, ‘tidak ada lagi yang bisa diharapkan’ dari eksistensi Nenek Maemunah.
Bagaimanapun, tentu ada perkecualian. Seorang manula yang pandai dan telah membiasakan dirinya berada dalam pola hidup yang sehat biasanya masih memiliki kondisi fisik, psikologi, motorik, bahkan intelektual dan spiritual yang masih ‘prima’. Di sisi lain, banyak manula yang hanya mampu bertahan di usia 60-an akibat pola hidup dan pola pikir yang ‘kurang tepat’. Kalaupun bertahan di atas 90 tahun, kondisinya membuat keluarga dan kerabatnya pasrah, karena hanya menjadi beban semata.
Namun, lebih dari itu semua, usia seseorang adalah rahasia Allah. Jika seseorang diberi umur panjang, harus disikapi sebagai anugerah. Anak dan cucu pun harus ‘legawa’ dan menjaga orang tuanya dengan sepenuh hati.
Jadi, masihkah kita ingin berumur panjang? Iya. Apalagi berumur panjang dan telah banyak ‘bekal’ untuk kehidupan selanjutnya. Itulah sebaik-baiknya manusia.
.
19 Mei 2010
Share This To :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
berbuat baik kepada sesama Tapi tentu kebaikan menurut standar Tuhan untuk mengisi umur kita..
BalasHapusmakasih artikelnya mas Edwin, buat renungan nih.
BalasHapussemoga selalu ingat, dengan diberi umur panjang semoga digunakan untuk kebajikan.
BalasHapusintinya semua harus disyukuri ya mas :) tq dah berbagi :)
BalasHapusmasa' ya bisa setua itu, ga salah tu ya ngitungnya..... hmmm, ajaib....
BalasHapusyang penting dengan sisa umur kita di dunia ini dapat berguna untuk sesama, mau umur panjang ataupun pendek.....
Kalo menurutku ya ndak enak.tambah umur kekuatan tubuh pasti berkurang
BalasHapusSemoga umur yang panjang telah dimanfaatkan utk berbuat amal kebajikan ya..?
BalasHapusMengisi hidup dengan memberikan kebaikan bagi orang lain pasti menyenangkan... apalagi jika umur panjang, maka kesempatan itu makin banyak ya ..........
BalasHapusbertambah umur, berarti semakin berkurang kita hidup di dunia ini...!
BalasHapusjangan terlalu lama, yang penting enjoy dan bekal sudah siap untuk perjalanan lanjutan :)
BalasHapusBetul juga ya, semakin umur bertambah maka yang sesungguhnya adalah umur kita semakin berkurang.
BalasHapusSalam . .
Betul juga ya, semakin umur bertambah maka yang sesungguhnya adalah umur kita semakin berkurang.
BalasHapusSalam . .
Halo Edwin,
BalasHapusPosting anda ini mengingatkan saya pada kedua orang tua saya yang berumur 80 tahun. Walau terkadang pikun tapi secara fisik cukup oke. Mereka tinggal berdua ditemani pembantu, didekat rumah adik dan kakak saya.
Sampai 3 tahun lalu ayah saya masih menyetir sendiri, tapi suatu saat mereka berdua pergi ke Subang, sehingga anak2 panik. Setelah itu mobilnya kita jual diam2. Saya dan kakak/adik merasa sangat bersyukur karena bisa berbakti melayani mereka dan sambil memberi contoh kepada anak2 kita. Karena pada akhirnya kita akan menjadi tua renta dan mungkin tergantung pada anak kita akan menjadi kuat.
Berumur panjang namun hidupnya bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, agama dan negara. Tapi banyak juga yang hidupnya di dunia ini menderita, putus asa, tidak kerasan sampai kemudian bunuh diri, dan menjadi beban masyarakat. Trims sharingnya sobat.
BalasHapusterima kasih sudah mengingatkan....
BalasHapusartikelnya saya jadikan buat bahan renungan. intinya kita harus terus bersyukur...
BalasHapusMasih ingin di beri umur supaya punya banyak bekal untuk di bawa pulang nanti..
BalasHapusJadi merenung nih...
BalasHapusjadi ingat ama orang tua di Lampung nich mas Edwin...
BalasHapusWah perlu direnungi nie.......tp setuju juga sama cak Tomo.....tambah umur stamina pasti berkurang.......ya dinikmati aja lah hidup yg udah dikasih sama Tuhan hhe....
BalasHapusoiya sebelumnya slam knal kwan.....aku Follow(Dj-Site)...tolong Follow bgalik klo berkenan......Thnx....Sukses tuk'mu...
emang enak sih...
BalasHapusasal bisa menanfaatkan nya di jalan yang baik...
bener gak????
mungkin bukan seberapa lama orag bertahan hidup akan tetapi bagaimana dia mengisi kehidupan itu sendiri.
BalasHapussemakin bertambah umur kita, semakin dekat langkah kita menuju kematian ..
BalasHapusiya, saya juga ingin umur panjang, tapi serius, sampe sekarang saya masih merasa banyak melakukan hal yang sia2 / ngga berguna.. kadang2 punya niat buat hidup lebih berguna tapi seringkali kembali ke kebiasaan hidup yang kurang berguna..
BalasHapusharus lebih punya tekad yang kuat buat ngerubah polah hidup nih, sayang kalau umur panjang dipake cuma buat rutinitas yang membosankan dan kurang berguna :)
bertambah umur mari kita tingkatkan kebaikan kita kepada sesama
BalasHapushebat sekali ya om nenek maimunah ini.. jarang ada yang panjang umur kayak beliau.
BalasHapusmengagumkan sekali !!!
btw, kalo berumur panjang dan banyak ‘bekal’ untuk kehidupan selanjutnya di akhirat, tentu semua pasti mau..hehe :)
jika umur terlalu tua juga kurang baik, karena tubuh akan semakin renta dan semakin merepotkan anggota keluarga lain yang merawat..
BalasHapusIt just my opinion.. :)
wah enak banget tuh nenek maimunah.
BalasHapusKok gak masuk rekor Muri yah???
BalasHapusBaru tahu ane kalau ada yang berusaia sampe segitu...
BalasHapusTernyata bisa juga yah hosup sampai usia segitu,, memang hidup manusia itu rahasia Tuhan....Sepatutnya kita bersyukur karena masih diberi kehidupan sampai detik ini,,,,
BalasHapusSungguh luar biasa nenek itu bisa hidup sampai usia 140 lebih. Pasti dia mempunyai cara untuk menjaga kesehatan dan pola hidup yang benar. Seharusnya kita perlu belajar dari bebek itu akan pentingnya kesehatan untuk memperpanjang usia kita, meski hidup mati di tangan Tuhan, paling tidak ada upaya untuk menjaganya,,,
BalasHapusMaaf diatas salah tulis, seharusnya nenek, bukan bebek,,, hehe
BalasHapusSemoga kita jugha bisa mendapatkan hidup panjang,,, amien,,,
BalasHapusthanks infonya
BalasHapusManfaatkan sisa hidup dengan amal baik sebelum ajal menjemput
BalasHapusterima kasih atas informasinya
BalasHapus