Bergadang Yuuk

Saya punya ‘hobi’ baru: bergadang, yuk, bergadang. Tak tanggung-tanggung, sampai subuh. Waduh, padahal sudah diingatkan Bang Rhoma Irama, jangan bergadang jika tak ada gunanya. Memangnya ada apa dengan saya? Sedang stress-kah?

Sepertinya sih saya memang sedang ‘stress’, tapi stress yang ‘nikmat’. Ini tak lain karena kesibukan baru saya pascakelahiran anak kedua saya yang lahir enam hari lalu. Oh ya, sang jagoan kecil sudah saya beri nama, yaitu Fabiyan Al Baitar Ahmad Prasetio. Nama itu bagi saya –dan juga istri saya- cukup baik. Semoga mendatangkan kebaikan pula untuk Baitar kelak. Amiin. Ini dia fotonya.

Oke, kita kembali ke perihal bergadang. Sejak pulang ke rumah Sabtu lalu, Baitar sudah memberikan pekerjaan rumah baru buat saya. Apa itu? Bangun tidur di malam hari hingga pagi! Tak sekejap pun matanya dipejamkan. Setiap satu jam, ‘alarm’-nya berbunyi, pertanda minta minum. Tangisannya memecah keheningan malam. Usai minum, saya diajak bergadang. Bayi mungil seberat 2,65 kg saat lahir itu tak mau diletakkan di tempat tidur. Saat saya gendong, matanya yang masih sayu sibuk menengok kesana kemari, meskipun dia belum bisa melihat dengan jelas. Saya dan istri saya bergantian menjaga Baitar. Tapi saya memberinya kesempatan untuk beristirahat lebih banyak karena sedang dalam proses pemulihan pascaoperasi caesar. Saat waktunya memberi ASI, baru saya membangunkan istri saya.

Itu berlangsung hingga melewati adzan subuh. Saya baru tidur jam 5 pagi setelah Baitar memejamkan mata. Barangkali dia juga capek bergadang :) Baru tadi malam saya mendapat kesempatan tidur ‘agak sore’, yaitu jam 2.30 pagi, hehehe.

Capek? Jelas. Untungnya saya sedang cuti hingga Kamis lusa. Jadi, saya sedang tidak terbebani urusan dan pikiran tentang pekerjaan. Meskipun begitu, saat bergadang saya sering merasa sedikit ‘dongkol’. Mungkin karena saya sedang letih setelah sibuk mengurus persiapan kelahiran sang bayi sejak seminggu lalu. Untungnya, istri saya selalu mengingatkan saya untuk sabar dalam memperlakukan bayi kami yang baru lahir itu.

Istri saya benar. Tak ada alasan bagi saya untuk dongkol, karena saya memang harus all-out merawat bayi kami. Meskipun waktu saya untuk tidur tersita habis, meskipun waktu saya untuk blogging semakin sulit dicari. Ini adalah sebuah kebahagiaan bagi saya. Memiliki seorang anak lagi, laki-laki pula. Sesuai dengan keinginan saya. Anak saya pun kini sepasang, perempuan dan laki-laki. Saya bisa merasakan kebahagiaan dari Baitar, saat di tengah malam saya menggendongnya dan menciumi wajahnya yang mungil.

Semoga bayi saya selalu sehat dan tumbuh dengan sempurna kelak. Rasanya sudah tidak sabar melihatnya tertawa dan bisa diajak bermain. Tapi semoga juga siklus jam tidurnya segera berubah, supaya saya tidak perlu bergadang lagi, hehehe…


.