Begitu tahu kalau istri saya sedang mengandung anak kami yang kedua, pikiran saya langsung tertuju ke Rasha, anak pertama saya. Langsung terbayang saat sang adik lahir kelak, Rasha belum bisa menerima kehadiran adiknya. Rasa cemburu dan tersaingi oleh sang adik sangat mungkin menghinggapi dirinya. Lebih parah lagi kalau Rasha merasa disisihkan.
Saya mengaca ke diri saya sendiri. Ketika adik saya lahir, saya berusia 4,5 tahun. Saat itu saya belum tahu apa arti sindroma, cemburu, atau sejenisnya. Yang saya ingat, saya tidak suka dengan kehadiran adik saya itu. Saya tidak tahu permasalahannya ada di mana. Apakah saya yang memang nakal, atau apakah karena saya tidak dikondisikan untuk menerima adik, sehingga terjadi jetlag seperti itu.
Nah, saya tidak ingin itu terjadi ke anak saya. Sejak istri saya hamil, saya sudah ’memperkenalkan’ sang calon bayi kepada Rasha. Tujuannya agar bocah yang kala itu berusia tepat tiga tahun sudah mulai mempersiapkan diri bahwa kelak dia mempunyai adik. Dengan begitu, diharapkan Rasha tidak mengalami perasaan tersaingi atau bahkan tersisihkan.
Apakah berhasil? Tampaknya begitu. Rasha sering ’menyapa’ dan ’mengajak bicara’ calon adiknya yang masih ada di dalam perut. Itu dilakukannya secara intens. Dia pun tahu kalau calon adiknya laki-laki, karena kami sudah mengetahuinya lewat hasil USG. Pernah suatu ketika, saat Rasha pulang dari pasar malam bersama pembantu kami, dia membeli robot mainan. Ketika saya tanya mengapa dia membeli robot, dia menukas, ”Ini buat adikku.”
Ketika sang adik lahir hampir dua minggu lalu, Rasha menyambutnya dengan suka cita. Di rumah sakit, bocah cewek yang kini bersekolah di playgroup itu tak henti-hentinya merengek meminta adiknya dibawa ke kamar. Atau, dia sering mengajak mengunjungi baby room untuk melihat adiknya dari balik kaca jendela.
Tak ada rasa cemburu kepada adiknya, seperti yang pernah terjadi pada papanya 30 tahun lalu saat tantenya lahir :) Justru dia tak sabar segera bermain-main dengan adiknya. Ketika adiknya sudah pulang ke rumah, Rasha sangat antusias menyentuh adiknya. Bahkan dia ingin menggendong adiknya tanpa bantuan orang dewasa. Wow, bisa jatuh tuh adiknya.
Sang kakak pun mulai ingin diperlakukan seperti adiknya. Seperti apa? Mandi di bak mandi bayi, minum susu dengan botol dan tak mau memegang botolnya sendiri, dan selalu minta digendong. Tak hanya itu, dia kini menjadi lebih keras kepala dan bandel.
Hehehe, jadi? Ya, rasanya Rasha terkena sindroma adik baru. Meski dia sayang adiknya, namun sindroma itu ternyata tetap ada. Ini menjadi pengalaman baru buat saya. Saya jadi belajar bagaimana merawat bayi yang bersamaan dengan mengendalikan kakaknya yang terkena sindroma itu. Awalnya tidak begitu mudah. Cukup menguras tenaga dan pikiran. Namun sejalan dengan berjalannya waktu, saya yakin bisa menemukan ritme yang tepat. Toh, merawat dan membesarkan anak adalah amanah.
Well, ini adalah sharing dari seorang bapak yang mungkin juga terjadi pada anda.
.
05 Oktober 2010
Share This To :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
sindrom seperti itu juga dialami oleh adik saya om..anaknya udah dua dengan selisih tidak jauh..kadang kakaknya tidak mau mengalah..
BalasHapusmemang seperti itu Pak, setiap anak yang pertama selalu merasa cemburu dan sepertinya kasih sayang dari orang tuanya direbut oleh adiknya yang menjadikan sang kakak merasa tersaingi. padahal kita sebagai orang tua tidak ada rasa pilih kasih.
BalasHapusSelamat pak atas kelahiran putra yang kedua, semoga menjadi anak yang sehat, cerdas, pintar, shaleh, taat pada agama, berbakti pada orangtua dan berguna bagi nusa dan bangsa.
Turut berbahagia.......
kalau mau buat adek mendingan nunggu anak pertama yang minta aja kak.. :D
BalasHapuswaah saya waktu kecil gak mengalami hal itu..
BalasHapuskarena bda jauh juga dengan adik sekitar 7 tahun.
Semoga sidrom Rasha segera berlalu. Bagaimanapun Adiknya bukan saingan yaa..
gitu ya mas, nanti klu dah py anak jadi tau gejala spt itu, tq dah berbagi :)
BalasHapussaya rasa gak akan ada yang cemburu kok pak .. :)
BalasHapussaya juga mengalaminya pak, tapi pelan-pelan bisa kita berikan pengertian kepada sang kakak. selamat berbahagia pak..
BalasHapusHalo Edwin,
BalasHapusSaya dapat membayangkan bagaimana anda dalam menghadapi Rasha setelah lahir adiknya.
Semoga Rasha dan adiknya selalu sehat, ceria, dan tumbuh menjadi anak2 yang cerdas, sukses, berbakti pada orang tua dan taat pada Tuhan YME.
berguna sekali untuk saya, mumpung belum menikah, bisa dipelajari dulu ,,, he he
BalasHapusPasti tidak mudah ya Mas Edwin...
BalasHapusMoga segera bisa menemukan 'ritme yang tepat' :)
gimana tips nya agar si kakak gak bakal terkena virus pencemburu mas?
BalasHapusmksh atas pengalamnnya,..
BalasHapuskbtulan saya blum pernah ngrasain.
yang menarik itu adik ketemu gede,, dan kalau udah bosen bisa ganti lagi,, hiks moga jangan ke gitu lah ga baik
BalasHapusThanks for share..!!!
BalasHapusTpi saya gx pnya ade...
itu tejadi juga pada diri saya dulu..
BalasHapussaat saya punya adik baru.
walawpun udah di kenalin semenjak adik nya belum lahir tapi tetep aja pasti akan ada sindroma adik baru.
BalasHapusgi mana yah cara nya supaya ga kena sama sekali sama syndroma adik baru?
BalasHapuskita memang harus mencari solusi agar anak kita yang pertama tidak terkena syndroma adik baru.
BalasHapusterkadang justru menjadi hal yang lucu juga sih gan !!!!
BalasHapus:)
gak akan ada sindroma donk
BalasHapusAgar sang kakak tidak terkena syndrome sebaiknya jarak kelahirannya jangan terlalu jauh .....
BalasHapusTerimakasih banyak atas informasinya.,
BalasHapusSungguh luar biasa sekali banyak pelajaran yang saya dapatkan.... setelah saya berkunjung ke blog ini
sebagai orang tua harus bersikap bijak sama kakak.
BalasHapusterima kasih atas informasinya
BalasHapusokk gan
BalasHapus