Lunturnya Profesionalisme Guru

Dunia pendidikan di Sidoarjo –kota tempat saya tinggal- heboh. Pasalnya, ada soal berbau pornografi di Ujian Tengah Semester (UTS) Sekolah Dasar (SD) sekabupaten Sidoarjo minggu lalu. Dalam ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 6, ada satu soal cerita yang berjudul “Pengusaha Bandel Dikerangkeng Bareng Mak Erot”. Wah, bisa dibayangkan dong bagaimana isinya. Dan bayangkan juga itu dibaca oleh para siswa SD di seluruh Sidoarjo, bukan hanya di satu sekolah lho.

Tak ayal, begitu kasus itu mencuat ke publik, protes keras datang bertubi-tubi. Ini dianggap sebuah aib bagi dunia pendidikan. Dikuatirkan, soal ujian porno itu mengontaminasi proses pembentukan moralitas anak dan membelokkannya dari jalur yang semestinya. Polres Sidoarjo pun turun tangan, berusaha mengurai bagaimana hal itu bisa terjadi. Tak hanya itu, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh mengecam habis dan akan menghukum aktor di balik soal ‘luar biasa’ itu.

Kita pasti bertanya-tanya, kok bisa ya itu terjadi? Kok bisa-bisanya seorang guru membuat soal nyeleneh seperti itu? Mengapa bisa lolos sampai diterbitkan? Apakah tidak ada tim pengawasnya?

Mengulas habis tentang pelaku pembuat soal itu saya pikir tidak begitu penting. Yang jelas pelakunya memang seorang guru di salah satu SD negeri di Sidoarjo. Dia sekarang sedang menyendiri entah di mana. Tugasnya sebagai guru pun ditinggalkan. Mungkin dia sedang dalam tekanan sehubungan kasus yang menimpanya ini. Polisi pun belum berhasil menemuinya untuk memberikan penjelasan tentang semuanya. Karena itu sebaiknya kita tidak terburu-buru memvonisnya lebih jauh.

Mengapa? Karena tentu dia tidak sendirian dalam proses pembuatan soal-soal UTS itu. Pasti ada tim panitia. Jika dia memang ‘lalai’ atau ‘tidak sengaja’ memasukkan soal itu, mengapa tidak diketahui oleh anggota tim yang lain? Apakah tidak ada kontrol di sana? Inilah yang perlu dipertanyakan. Jika sudah begitu, saya rasa kasus ini lebih diakibatkan oleh kesalahan KOLEKTIF daripada kesalahan individu si pembuat soal ujian.

Sabotase? Itu juga mungkin terjadi. Kita harus ingat, selain tim perumus, proses pembuatan soal UTS juga melibatkan pihak eksternal, yaitu percetakan. Memang, perusahaan percetakan yang dipercaya mencetak soal UTS pasti sudah melalui prosedur kelayakan yang ditetapkan. Tapi tak ada salahnya juga diinvestigasi. Ini karena materi soal ujian yang sudah siap naik cetak biasanya diserahkan dalam bentuk soft copy yang disimpan dalam compact disk atau flash disk, bukan hard copy. Tidak menutup kemunginan kan kalau seandainya ada ‘tangan jahil’ yang kemudian menyusupkan soal jorok itu.

Bagaimanapun, kasus ini mau tak mau semakin mencoreng citra guru sebagai penyebar ilmu bagi generasi masa depan bangsa. Profesionalisme guru kian dipertanyakan dan digugat. Kasus soal ujian porno ini adalah contoh yang kesekian kali terjadi. Telah banyak kasus yang mencoreng dunia pendidikan kita yang melibatkan mereka, Sang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Ya, lagu Hymne Guru ciptaan Pak Sartono semakin digerus kharismanya oleh kasus-kasus demikian. Padahal, seharusnya GURU itu diguGU (dipatuhi) dan ditiRU sebagai teladan yang baik.




Glossary:

Dikerangkeng = Dikurung