Penanganan Dokumen Ekspor oleh Bank Devisa

Konsultasi Ekspor/ Impor

Oleh: Saul Daniel Rumeser

Pengamat Ekspor Impor

Tanya:

Perusahaan kami adalah perusahaan yang termasuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Walaupun demikian, kami telah mempunyai buyer tetap di luar negeri. Selama ini pembayaran atas transaksi ekspor yang kami lakukan adalah sebagian dengan TT dan sebagian lainnya dengan sight L/C yang diterbitkan oleh buyer kami melalui banknya di luar negeri. Sedangkan yang pembayarannya menggunakan L/C biasanya kami salurkan pengiriman dokumen dan penagihan pembayarannya melalui Bank A dan Bank B di Jakarta.

Pelayanan kedua bank tersebut untuk transaksi ekspor impor kami berbeda satu dengan yang lain. Kalau pada Bank A, begitu dokumen ekspor kami serahkan dan setelah diperiksa dokumen tersebut sesuai dengan syarat L/C, maka rekening pinjaman kami langsung dikredit sejumlah nilai dokumen setelah dipotong dengan biaya bank.

Sedangkan pada Bank B, dokumen ekspor yang kami serahkan dikirimkan terlebih dahulu ke bank penerbit L/C di luar negeri, dan bila Bank B telah menerima pembayaran dari bank penerbit L/C di luar negeri barulah rekening kami dikredit. Sehingga kami terpaksa harus menunggu beberapa hari sebelum dapat menerima pembayaran hasil ekspor kami tersebut.

Kami tidak dapat memindahkan transaksi dari Bank B ke Bank A mengingat L/C-nya kami terima dari bank luar negeri melalui Bank B, sehingga mau tak mau transaksinya harus disalurkan melalui Bank B itu juga.

Sulianto Chandra, Jakarta

Jawab:

Penyelesaian perhitungan dan pembayaran bank atas dokumen ekspor atas dasar L/C sight pada prinsipnya dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama, menegosiasi atau mengambil alih (membeli) dokumen ekspor yaitu dengan membayar atas unjuk kepada eksportir (beneficiary) sebelum diterimanya pembayaran dari bank penerbit di luar negeri.

Kedua, dengan menagih terlebih dahulu kepada bank penerbit L/C dan setelah mendapat pembayaran dari bank penerbit L/C tersebut barulah membayar kepada eksportir.

Bagi eksportir, akan lebih menguntungkan bila dipergunakan cara pertama karena pembayaran diperoleh segera setelah dokumen ekspor diserahkan kepada bank. Sedangkan pada cara kedua, pembayaran baru akan diterima oleh eksportir setelah bank menerima pembayaran dari bank penerbit L/C di luar negeri.

Tetapi bagi bank, cara pertama lebih memiliki risiko karena terjadi tenggang waktu antara pembayaran kepada eksportir sampai dengan diterimanya pembayaran dari bank penerbit L/C di luar negeri.

Belum lagi bila terjadi keterlambatan pembayaran dari bank penerbit L/C di luar negeri atau bahkan penolakan pembayaran karena discrepancy (penyimpangan) pada dokumen ekspor atau sebab lainnya (bangkrut, likuidasi, dsb). Untuk cara yang kedua ini bank akan menetapkan suatu credit line sebagaimana lazimnya suatu fasilitas pembiayaan bank kepada nasabahnya.

Untuk kasus Anda, tampaknya Bank A melakukan cara pertama dan telah diberikan suatu credit line kepada Anda, bahkan Anda menikmati fasilitas pembiayaan karena disebut “rekening pinjaman” (kredit). Selanjutnya, pada Bank B yang menempuh cara kedua dapat Anda mintakan penetapan credit line tertentu berdasarkan kebutuhan Anda dan realisasi ekspor sebelumnya.

Biasanya bank akan dapat mengakomodasi kebutuhan Anda, apalagi bila dilihat aktivitas transaksi ekspor Anda yang disalurkan melalui bank itu. Kalau Bank B tetap menolak permohonan Anda, maka coba cermati syarat L/C yang disalurkan melalui Bank B tersebut, apakah restricted pada Bank B atau unrestricted (freely negotiable). Bila L/C itu restricted pada Bank B, mintakan kepada buyer Anda di luar negeri untuk mengubahnya menjadi unrestricted, sehingga walaupun L/C itu diterima melalui Bank B tapi Anda dapat menegosiasikannya pada Bank A.

Atau Anda dapat juga memintakan kepada buyer di luar negeri untuk menyalurkan L/C ekspornya melalui Bank A, tentunya dengan menginformasikan permasalahan Anda kepada Bank A.

Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian Anda bahwa biaya bank untuk penagihan dokumen ekspor dengan cara kedua (sering disebut dengan settlement on collection basis) seyogyanya tidak akan semahal cara pertama, mengingat Bank B yang melakukan hal itu tidak menghadapi risiko dan tidak perlu dana untuk menalangi pembayaran terlebih dahulu kepada Anda karena pembayaran baru dilaksanakan setelah bank tersebut menerima pembayaran dari bank penerbit L/C di luar negeri.

Sumber:

Bisnis Indonesia, 11 Mei 2003