Kemerdekaan Kelinci Panggang

Meraih kenyamanan hidup dengan segala tantangannya adalah pilihan. Mau menghadapi atau justru menyerah menghadapi tantangan? Sebelum memutuskan langkah kedua, sebaiknya kita berkaca pada sosok kelinci pada cerita berikut.

Binatang itu melompat gesit, menghindari terkaman harimau. Berkali-kali raja hutan meraung kecewa mendapati tempat kosong, saat menubruk kelinci hutan yang lincah itu. Akhirnya sang kelinci lolos dari sang harimau, dan pelarian itu mengantarkannya ke halaman rumah petani di pinggiran hutan.

“Wah, perutku jadi lapar nih!" kata kelinci hutan saat melihat dua ekor kambing gemuk yang sedang mengunyah tumpukan rumput segar. Gemerenyit suara kunyahan dua kambing itu seolah musik merdu, membuat perut kelinci yang sudah masuk ke kandang itu makin keroncongan.

“Selamat datang kelinci, silakan cicipi rumput segar nan manis ini," sambut kambing. Ajakan ini membuat kelinci terkejut, Selama di hutan, tak biasa ada binatang berbagi makanan dengan mudahnya. “Mengapa kamu bersedia membagi rumput milikmu kepada saya?" tanya kelinci. “Oh, kami bardua punya banyak makanan di sini. Petani selalu memberi apa pun yang kami inginkan," jawab kambing.

Undangan itu membuat kelinci liar itu menelan ludah dan penasaran akan sosok sang petani. Sebelum bertanya, sang kambing telah menjelaskan, “Petani itu setiap hari mencarikan kami makanan, tanpa pernah kami minta. Dan kami sama sekali tak perlu bekerja untuk dia.”

Kelinci makin bingung. “Maksudmu, petani itu memberimu gratis semua yang kamu inginkan?” Kambing menjawab, “Tepat sekali! Tidak hanya itu, dia juga memberikan kami tempat untuk tinggal.

Kelinci hutan menjadi syok. Dia belum pernah mendengar hal seperti itu. Dia selalu harus mencari makanan dan bekerja untuk mencari tempat tinggal. Bahkan untuk dua hal itu dia sering harus berkelahi dengan sesama kelinci atau binatang lain.

Saat memakan rumput pemberian kambing itu, kelinci berpikir untuk tinggal di sekitar rumah petani. "Kambing, kotak kayu di pojok kandang ini sepertinya cocok buat sarang saya. Saya ingin seperti kamu berdua, mendapat semua makanan tanpa perlu bekerja,” kata kelinci yang dijawab suara embikan kambing tanda setuju.

Semuanya berjalan baik bagi kelinci. Sang petani memberinya makanan yang dia inginkan tanpa pernah dia bekerja. Kotak kayu yang dia tempati selalu dibersihkan petani, dan bahkan diberinya kunci untuk menjaga keselamatannya. Dia pun tumbuh menjadi kelinci gemuk dan malas.

Sampai suatu hari dia mendengar istri petani menyebutkan bahwa keluarganya akan datang dari kota dan alangkah semaraknya jika ada hidangan kelinci panggang untuk makan malam. Mendengar itu, kelinci memutuskan sudah waktunya untuk pergi dari  pertanian itu dan kembali hidup merdeka di alam bebas,

Namun ketika dia berusaha melompat, dia baru menyadari kalau dia sebenarnya telah terkurung. Dia tak selincah dulu, bahkan dia mendapati dirinya telah tumbuh terlalu gemuk dan malas. Akhirnya di hari kunjungan keluarga petani dari kota, mereka duduk bersama menghadapi panggang daging kelinci besar melengkapi aneka makanan lain yang sedap.

Apakah hikmah yang kita dapat? Ketika kita menyerah pada tantangan dalam pencairan kenyamanan hidup, kita mungkin sedang menyerahkan kemerdekaan kita. Hindari kata menyerah dalam berusaha, agar kita tidak akan menyesalinya setelah segalanya berlalu dan tidak ada kesempatan lagi. Ingat, selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus.

Sumber:

Sinergi46

Edisi XLVI, VI, 2012