05 Oktober 2010
25 comments

Sindroma Adik Baru

Selasa, Oktober 05, 2010
Begitu tahu kalau istri saya sedang mengandung anak kami yang kedua, pikiran saya langsung tertuju ke Rasha, anak pertama saya. Langsung terbayang saat sang adik lahir kelak, Rasha belum bisa menerima kehadiran adiknya. Rasa cemburu dan tersaingi oleh sang adik sangat mungkin menghinggapi dirinya. Lebih parah lagi kalau Rasha merasa disisihkan.

Saya mengaca ke diri saya sendiri. Ketika adik saya lahir, saya berusia 4,5 tahun. Saat itu saya belum tahu apa arti sindroma, cemburu, atau sejenisnya. Yang saya ingat, saya tidak suka dengan kehadiran adik saya itu. Saya tidak tahu permasalahannya ada di mana. Apakah saya yang memang nakal, atau apakah karena saya tidak dikondisikan untuk menerima adik, sehingga terjadi jetlag seperti itu.

Nah, saya tidak ingin itu terjadi ke anak saya. Sejak istri saya hamil, saya sudah ’memperkenalkan’ sang calon bayi kepada Rasha. Tujuannya agar bocah yang kala itu berusia tepat tiga tahun sudah mulai mempersiapkan diri bahwa kelak dia mempunyai adik. Dengan begitu, diharapkan Rasha tidak mengalami perasaan tersaingi atau bahkan tersisihkan.

Apakah berhasil? Tampaknya begitu. Rasha sering ’menyapa’ dan ’mengajak bicara’ calon adiknya yang masih ada di dalam perut. Itu dilakukannya secara intens. Dia pun tahu kalau calon adiknya laki-laki, karena kami sudah mengetahuinya lewat hasil USG. Pernah suatu ketika, saat Rasha pulang dari pasar malam bersama pembantu kami, dia membeli robot mainan. Ketika saya tanya mengapa dia membeli robot, dia menukas, ”Ini buat adikku.”

Ketika sang adik lahir hampir dua minggu lalu, Rasha menyambutnya dengan suka cita. Di rumah sakit, bocah cewek yang kini bersekolah di playgroup itu tak henti-hentinya merengek meminta adiknya dibawa ke kamar. Atau, dia sering mengajak mengunjungi baby room untuk melihat adiknya dari balik kaca jendela.

Tak ada rasa cemburu kepada adiknya, seperti yang pernah terjadi pada papanya 30 tahun lalu saat tantenya lahir :) Justru dia tak sabar segera bermain-main dengan adiknya. Ketika adiknya sudah pulang ke rumah, Rasha sangat antusias menyentuh adiknya. Bahkan dia ingin menggendong adiknya tanpa bantuan orang dewasa. Wow, bisa jatuh tuh adiknya.

Sang kakak pun mulai ingin diperlakukan seperti adiknya. Seperti apa? Mandi di bak mandi bayi, minum susu dengan botol dan tak mau memegang botolnya sendiri, dan selalu minta digendong. Tak hanya itu, dia kini menjadi lebih keras kepala dan bandel.

Hehehe, jadi? Ya, rasanya Rasha terkena sindroma adik baru. Meski dia sayang adiknya, namun sindroma itu ternyata tetap ada. Ini menjadi pengalaman baru buat saya. Saya jadi belajar bagaimana merawat bayi yang bersamaan dengan mengendalikan kakaknya yang terkena sindroma itu. Awalnya tidak begitu mudah. Cukup menguras tenaga dan pikiran. Namun sejalan dengan berjalannya waktu, saya yakin bisa menemukan ritme yang tepat. Toh, merawat dan membesarkan anak adalah amanah.

Well, ini adalah sharing dari seorang bapak yang mungkin juga terjadi pada anda.


.

25 comments:

  1. sindrom seperti itu juga dialami oleh adik saya om..anaknya udah dua dengan selisih tidak jauh..kadang kakaknya tidak mau mengalah..

    BalasHapus
  2. memang seperti itu Pak, setiap anak yang pertama selalu merasa cemburu dan sepertinya kasih sayang dari orang tuanya direbut oleh adiknya yang menjadikan sang kakak merasa tersaingi. padahal kita sebagai orang tua tidak ada rasa pilih kasih.

    Selamat pak atas kelahiran putra yang kedua, semoga menjadi anak yang sehat, cerdas, pintar, shaleh, taat pada agama, berbakti pada orangtua dan berguna bagi nusa dan bangsa.

    Turut berbahagia.......

    BalasHapus
  3. kalau mau buat adek mendingan nunggu anak pertama yang minta aja kak.. :D

    BalasHapus
  4. waah saya waktu kecil gak mengalami hal itu..
    karena bda jauh juga dengan adik sekitar 7 tahun.
    Semoga sidrom Rasha segera berlalu. Bagaimanapun Adiknya bukan saingan yaa..

    BalasHapus
  5. gitu ya mas, nanti klu dah py anak jadi tau gejala spt itu, tq dah berbagi :)

    BalasHapus
  6. saya rasa gak akan ada yang cemburu kok pak .. :)

    BalasHapus
  7. saya juga mengalaminya pak, tapi pelan-pelan bisa kita berikan pengertian kepada sang kakak. selamat berbahagia pak..

    BalasHapus
  8. Halo Edwin,
    Saya dapat membayangkan bagaimana anda dalam menghadapi Rasha setelah lahir adiknya.
    Semoga Rasha dan adiknya selalu sehat, ceria, dan tumbuh menjadi anak2 yang cerdas, sukses, berbakti pada orang tua dan taat pada Tuhan YME.

    BalasHapus
  9. berguna sekali untuk saya, mumpung belum menikah, bisa dipelajari dulu ,,, he he

    BalasHapus
  10. Pasti tidak mudah ya Mas Edwin...
    Moga segera bisa menemukan 'ritme yang tepat' :)

    BalasHapus
  11. mksh atas pengalamnnya,..
    kbtulan saya blum pernah ngrasain.

    BalasHapus
  12. yang menarik itu adik ketemu gede,, dan kalau udah bosen bisa ganti lagi,, hiks moga jangan ke gitu lah ga baik

    BalasHapus
  13. Thanks for share..!!!
    Tpi saya gx pnya ade...

    BalasHapus
  14. itu tejadi juga pada diri saya dulu..
    saat saya punya adik baru.

    BalasHapus
  15. walawpun udah di kenalin semenjak adik nya belum lahir tapi tetep aja pasti akan ada sindroma adik baru.

    BalasHapus
  16. gi mana yah cara nya supaya ga kena sama sekali sama syndroma adik baru?

    BalasHapus
  17. kita memang harus mencari solusi agar anak kita yang pertama tidak terkena syndroma adik baru.

    BalasHapus
  18. terkadang justru menjadi hal yang lucu juga sih gan !!!!
    :)

    BalasHapus
  19. Agar sang kakak tidak terkena syndrome sebaiknya jarak kelahirannya jangan terlalu jauh .....

    BalasHapus
  20. Terimakasih banyak atas informasinya.,
    Sungguh luar biasa sekali banyak pelajaran yang saya dapatkan.... setelah saya berkunjung ke blog ini

    BalasHapus
  21. sebagai orang tua harus bersikap bijak sama kakak.

    BalasHapus

 
Toggle Footer
Top