27 Juli 2010
34 comments

Serobot Antrean, Layakkah Ditoleransi?

Selasa, Juli 27, 2010
Minggu siang lalu, waktu yang pas untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Terutama untuk Rasha, anak saya. Saatnya menebus waktu yang tidak maksimal kami berikan untuknya selama Senin hingga Jumat, from 8 to 8, bahkan 8 to 9 untuk istri saya. Belanja ke hyper market di kota Surabaya pun menjadi pilihan asyik. Apalagi, habis gajian :)

Katakanlah, ini menjadi acara wisata belanja bagi kami. Meskipun harus berwisata di gedung beton, toh tak mengurangi keceriaan kami. Sembari berbelanja, nongkrong di inside foodcourt sambil makan hotdog dan menyeruput minuman coklat tentu nikmat. Ditambah lagi suguhan live music yang membahana. Membuat rasa kantuk yang biasanya menyerang di jam-jam rawan enyah jauh siang itu.

Saat akhir pekan, toko swalayan pasti dipenuhi pengunjung. Indikatornya, barisan pengantre yang mengekor sangat panjang di kasir, sebanyak berapapun loket kasir yang dibuka. Termasuk di loket subkasir di foodcourt. Untungnya, yang mengantre di sana cuma untuk komoditas ringan seperti hotdog, burger, es krim, sosis goreng, pempek, dan minuman ringan. Tak ada trolley dengan belanjaan yang menggunung. Jadi, seharusnya semua mengantre dengan sabar, tak ada yang berniat menyerobot antrean. Kita pasti tak suka kepada penyerobot antrean, kan?

Tapi saya menghadapi ‘tantangan’ itu. Saat mbak kasir sedang menginput belanjaan saya di mesin hitung, sekonyong-konyong datang seorang ibu yang sudah tergolong sepuh. Saya yakin usianya sudah di atas 60 tahun. Dari arah samping sang ibu langsung menyodorkan ke kasir beberapa lembar nota dari foodcourt, sama dengan kami-kami yang sedang mengantre.

Secara pribadi saya tidak keberatan diserobot seperti itu. Apalagi sang ibu sudah tua. Hitung-hitung membantu orang. Bukankah kalau di dalam bus kita diharapkan menyerahkan tempat duduk kita kepada seorang ibu tua? Tapi saya melihat ada empat orang mengantre di belakang saya. Saya kuatir mereka keberatan saya memberikan bypass kepada sang ibu. Bukankah mereka lebih dahulu mengantre?

Akhirnya saya menegurnya dengan halus, “Maaf, Bu, antre dulu ya?” Sang ibu menjawab, “Saya titip ke Mas, ya?” Maksudnya, dia nebeng bareng nota-nota saya untuk dibayarkan bersama. Dengan berat hati saya tetap menolaknya.

Setelah transaksi selesai, saya meninggalkan kasir. Saya lihat sang ibu langsung bergegas mengisi antrean terdepan yang baru saya tinggalkan, dan menyerahkan notanya ke kasir. Sang kasir menerimanya, padahal dia tahu kalau sang ibu menyerobot. Sementara, orang-orang yang sudah lebih dahulu mengantre melihat dengan melongo dan mata melotot, namun tak ada yang protes.

Ada-ada saja sang ibu. Saya pun segera melupakannya dan bergabung dengan istri dan anak saya yang sudah tak sabar makan hotdog.

Menurut teman-teman, apakah yang saya lakukan sudah benar? Ataukah salah karena saya menyia-nyiakan seorang ibu tua (tapi masih sehat, lho)?


.

34 comments:

  1. semua pasti ada balasannya gan, itung aja itu ibadah, walaupun tua masih sehat, tapi beliau lebih tua daripada agan mungkin...

    BalasHapus
  2. Repot memang..., kalau dibantu kita gak enak hati dg orang2 yg dibelakang kita, sementara kalau gak dibantu.. kok kasihan juga.

    BalasHapus
  3. Untung ibu itu akhirnya menentukan sikapnya sendiri, dan ternyata yg lain tak berani protes to..? hehehe

    BalasHapus
  4. tapi namanya antri y harus antri dong g pandang tua atau muda

    BalasHapus
  5. hmmm budaya antri sudah menjadi sebuah kedisiplinan sejak dahulu dinegara ini, memang terkadang ada banyak sisi yg bisa dipandang namun harus tetap konsisten untuk menghargai orang lain dalam antrian.
    Sukses Slalu!

    BalasHapus
  6. thnks infonya sob..bermanfaat banget bagi saya khususnya..keep posting sob..sukses selalu yah happy blogging sob..kalau berkenan kita tukeran link sob yah..kalau mau komment di blogku yah sob..thnks sebelumnya sob

    BalasHapus
  7. tapi lebih baik gan edwin tegur saja daripada di lain kesempatan beliau mengulanginya kembali...

    BalasHapus
  8. iyah mas bnr banget saya juga pake firefox hehe...thnks udah berkomment di blogku mas..tukeran link yu mas mau?

    BalasHapus
  9. menurut ku itu sih sdh bener... namanya ngantri ya kudu antri, asalkan yg antri masih sehat seperti ibu tadi

    BalasHapus
  10. jadi inget lagu lamanya Project pop....
    Anti lagi loket untuk beli tiket.... hehehehehehhehe

    salam hangat dari bogger bali

    BalasHapus
  11. Sebaiknya seh kita bisa membudidayakan budaya Antri....,

    Bayangin aja jika kita sudah ngantri cukup lama terus ada orang yang nyerobot....? kesel kan...?

    nah biar ga enank... ngantir aja ..., ehehhehehehhe

    BalasHapus
  12. menurut sy sih udah bener yg dilakukan mas edwin..dilema jg sih sbnernya,,yah kebenaran hrs di sampaikan meskipun pahit,
    =========
    mas..maaf sedikit merepotkan tolong link anchor sy di ganti dari "aan world" mnjd "SEKITAR KITA" ...mksh kerjasamanya

    salam hangat
    hpy bloging,

    BalasHapus
  13. link sobat sudah terpasang di blogku..cek aja yah sob..jangan lupa pasang juga link blogku yah sob..thnks dah mau tukeran lnk..happy blogging sob..

    BalasHapus
  14. Serba salah ya sob.. antara aturan dan perasaan kemanusiaan

    BalasHapus
  15. Semoga yg dilakukan sobat ada hikmahnya buat semuanya

    BalasHapus
  16. "Nice artikel, inspiring ditunggu artikel - artikel selanjutnya, sukses
    selalu, Tuhan memberkati anda, Trim's :)"

    BalasHapus
  17. memang sepertinya ga bisa ditolerir, walaupun dirinya sudah tua, tapi ya yg namanya menyerobot seharusnya minta izin dulu kepada antrian yg diserobot dibelakangnya, kan jadi ada etika di situ.... kan pastinya orang tetep akan mempersilahkannya dengan alasan yang logis tentunya..... kalo asal serobot gtu kyknya hidup itu cuman sendri ya di dunia ini....hho

    BalasHapus
  18. wah itu yang paling menyebalkan mas... saya kemaren juga mengalami... dah antri bimbingan dosen.. e tau2 ada ce nyrobot bimbingan duluan... hmmm bnr2 gak punya kesadaran...

    BalasHapus
  19. menurut saya harusnya si ibu dikash penjelasan baik2 utk antri

    BalasHapus
  20. serobot antrean tidak layak di toleransi..

    BalasHapus
  21. enak aja maen serobot,, yang laen juga ikutan ngantri
    budayakan antri

    BalasHapus
  22. steuju!! budayakan antri. yang dulu harus didahulakan donk.

    BalasHapus
  23. Serba salah ya sob.. antara aturan dan perasaan kemanusiaan

    BalasHapus
  24. wah gimana ya,, bingung juga sih,,, dilema,,,
    kalau untuk masalah yang lebih darurat sih mungkin saya akan mengalah

    BalasHapus
  25. jadi inget lagu lamanya Project pop....
    Anti lagi loket untuk beli tiket.... hehehehehehhehe

    BalasHapus
  26. memang susah kalo ada orang tua yang seperti itu..
    ga mungkin kita ga akan mengalah.

    BalasHapus
  27. kalo yang menyerobot orang tua sih seperti harus kita toleransi.

    BalasHapus
  28. memang menyebalkan kalo ada yang menyerobot saat antrian masih panjang..
    seharus nya ga boleh ada yang menyerobot sekalipun itu orang tua.

    BalasHapus
  29. sabar aja lah kalo ada orang tua yang menyerobot asalkan ga banyak yang meyerobot.

    BalasHapus

 
Toggle Footer
Top