Selamat Idul Fitri tuk teman-teman semua. Mohon maaf lahir dan bathin. Sori saya baru mengucapkannya sekarang. Itu karena pekan lalu waktu saya tersita habis untuk mudik ke kampung halaman mertua saya di Madiun, Jawa Timur. Kegiatan blogging pun terpaksa saya liburkan selama saya berada di desa.
Seperti kebanyakan anggota masyarakat yang merayakan Lebaran, saya pun turut serta dalam suasana hiruk-pikuk mudik. Suasana yang saya inginkan, mengingat dahulu saya tidak pernah merasakan mudik. Mengapa? Karena saya asli ‘orang kota’ yang tak punya ‘desa’. Nah, setelah saya menikah dengan orang yang punya ‘desa’, kini saya jadi bisa merasakan mudik.
Setelah bisa merasakan sendiri seperti apa mudik itu, saya kini tahu suka dukanya. Mudik memang menyenangkan. Sebuah momen berkunjung ke sanak saudara yang cuma bisa dirasakan setahun sekali. Setiap saat kita memang bisa berkunjung ke keluarga kita di tempat lain. Tapi jika itu dilakukan pas saat Lebaran, aura dan suasananya jelas beda.
Tapi kita jangan salah, situasi di lapangan bisa sangat berlawanan dengan bayangan indah tentang mudik. Karena semua orang mempunyai tujuan sama, akhirnya mereka semua tumpah-ruah di jalan raya. Seperti yang saya alami pada hari H, Jumat lalu. Perjalanan ke Madiun yang biasanya ditempuh empat jam menjadi sembilan jam! Sepanjang jalan raya provinsi begitu padat oleh kendaraan, baik mobil, bus, maupun motor. Kondisi yang sama kembali terjadi saat saya balik ke Surabaya, Senin lalu. Berangkat jam sebelas pagi, saya baru tiba di rumah jam sembilan malam! Padahal, esok paginya saya sudah harus masuk kerja.
Alhasil, yang saya rasakan secara nyata adalah LELAH. Tapi senang juga, karena rame-rame :D Sayangnya, ada yang bikin sebal, yaitu AC mobil saya yang tiba-tiba mati beberapa saat setelah saya meluncur menuju Madiun. Dua hari di Madiun saya habiskan untuk memperbaiki AC di satu-satunya bengkel AC yang buka. Beres? Sayangnya tidak. Saat pulang, si AC kembali berulah. Mati lagi. Lengkap sudah masalah yang ditimbulkan Si Timor, mobil saya. Padahal dia sudah menguras uang THR saya sebelum mudik :D
Kalau sudah begini, buat apa ya mudik? Saya jadi teringat ucapan teman saya yang tidak pernah mudik, “Habis sholat Ied, aku seharian tidur di rumah.”
Ya… itu adalah suka duka mudik. Bagaimanapun mudik adalah sebuah tradisi yang sudah mengakar di masyarakat. Bahkan, sudah menjadi ikon budaya kita. Bertemu sanak saudara di kampung halaman tak selalu bisa dilakukan setiap saat oleh semua orang. Apalagi bagi mereka yang merantau jauh dari kampung.
Jadi, bagi saya dan teman-teman yang suah masuk dalam pusaran tradisi mudik, nikmati saja :)
.
15 September 2010
Share This To :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
lho mudik kok buat apa he3.
BalasHapusya buat sungkem dan ngaturaken sedoyo kalepatan dumateng sesepah to kawand
mudik memang khasnya indonesia kok,yg harus di perhatikan adlh bgaimana menciptakan situasi mudik yg nyaman,aman,jd nantinya tidak ada pertanyaan mudik buat apa sih? :)
BalasHapusminal aidzin wal faidzin mas..
Minal aidin wal fa idzin, mohon maaf lahir bathin.
BalasHapusSaya dan istri kebetulan termasuk orang 'kota', tapi yang saya dengan dari teman2, walaupun capai dan menjengkelkan dalam perjalanannya, mudik itu secara keseluruhan menyenangkan. Buktinya tiap tahun jumah pemudik tidak berkurang.
kok gak mampir ke ponorogo mas???
BalasHapusmudik...adalah ciri khas org indo bro..coba org luar manada istilah mudik..hehee..tp seru jg sih sob beneran deh
BalasHapusteman sampeyan itu nemen mas, masa tidur habis sholat ied hehehe, btw mudik itu memang py kesan tersendiri, kalau soal uang, waktu n capek itu pasti, tapi "kenikmatan" berkumpul bersama keluarga tak dapat tergantikan dgn apapun :)
BalasHapussama mas saya juga ngerasain yang mas rasakan. Emang benar pepatah yang mengatakan rumahku istanaku. n keluarga adalah pelipur lara
BalasHapusBagaimanapun mudik adalah sebuah tradisi yang sudah mengakar di masyarakat. Bahkan, sudah menjadi ikon budaya kita..
BalasHapusmudik untuk menghabiskan THR kawand he3
BalasHapuspastinya buat ngrusakin kendaraan mas... :))
BalasHapusmemang sudah tradisi indonesia kale yah namanya mudik hehe..
BalasHapusmohon maaf lahir bathin yah... maaf telat mas edwin.
hm mudik jadi tradisi
BalasHapusy meski pas sampai ke kampung eh maalah sakit krn kelelahan seperti yg agan rasakan
YA, mudik sudah mengakar di masarakat kita karena moment yang hanya bisa kita jumpai 1 th sekali itu terasa sekali perbedaanya dengan kalau kita pulang kampung pada hari-hari biasa.
BalasHapusmudik untuk menjalin silaturahmi dgn sank kerabat mas,..
BalasHapusmudik buat senang-senang..
BalasHapusbiarpun ortu punya kampung tetapi karena sejak lahir ada di sini, jadi ya ngerasa kota inilah yang jadi kampung halaman.
BalasHapusmeurut ane se dan bagi yang hidup di jakarta dan asli daerah, mudik sangat berarti karena whanya itulah media silaturahmi dengan keluarg di kampung
BalasHapussebentar lagi udah mau mudik lagi ni gan ..hehehe
BalasHapusmudik untuk silaturahmi donk
BalasHapusbner banget gan... memang cocok untuk ajang silaturahmi
BalasHapusmudik untuk kumpul sama dengan keluarga
BalasHapusmadiun kota kelahiran
BalasHapusmudik buat ketemu keluarga di kampung
BalasHapusbuat apa aja boyeh
BalasHapusmudik adalah hal yang melelahkan, tapi sungguh sangat bermakna hingga rasa lelah itu terkalahkan... coba saja jika posisi anda yg tak pernah mudik merasakan sebagai "orang perantauan" saya jamin ga akan bilang "mudik buat apa sih" :)
BalasHapusya gitu lah pola pikir masih sama ....
BalasHapushttp://jakartafinestmeat.wordpress.com
Mudik budaya indonesia
BalasHapusmudik untuk menjalin silaturahmi dgn sank kerabatfrend,..
BalasHapusmudik itu wajib untuk ketemu keluarga.
BalasHapusterima kasih atas informasinya
BalasHapus