Beberapa minggu lalu saya terlibat perdebatan sengit dengan istri saya. Yang menjadi topik debat adalah pembantu rumah tangga (PRT) kami. Istri saya ngotot memberhentikan dia. Sedangkan saya bersikeras mempertahankannya. Waduh, memangnya ada apa nih?
Begini ceritanya. PRT kami adalah seorang janda tua. Usianya sudah di atas 60 tahun, tapi masih enerjik. Semua pekerjaan rumah dikerjakannya sendirian, mulai dari membersihkan rumah, memasak, mencuci, menyeterika pakaian, dan yang paling penting: mengasuh anak kami, balita 2,5 tahun. Dia sudah ikut kami selama tiga tahun, sejak istri saya hamil dua bulan.
Untuk urusan pekerjaan dia, kami puas. Kerjanya sangat cekatan. Padahal dia buta huruf lho. Nenek bercucu dua itu juga sangat sayang pada anak kami. Maklumlah, dia sudah merawat anak kami sejak lahir. Gayung pun bersambut, anak kami juga sangat dekat dengannya. Kalau sedang manja, Rashaqa –nama anak kami- sering bilang, “Nenek sayang…” (Pembantu kami memang menyebut dirinya ‘nenek’, karena dia tahu kedua nenek Rashaqa yang asli dipanggil ‘uti’ dan ‘eyang ti’).
Masalahnya, dia sangat bawel. Tapi itu masih bisa kami toleransi, karena kami paham kalau bawel adalah CIRI KHAS pembantu yang sudah tua. Kami memang penuh toleransi ke dia. Kebebasan, uang saku tambahan, hingga diajak liburan dia dapatkan. Pendek kata, dia sangat kami ‘orangkan’.
Tapi belakangan dia suka melawan kami. Perempuan asal Jawa Tengah itu mulai berani melawan instruksi, terutama dari istri saya. Maklum, istri saya orangnya keras. Keras lawan keras, jadinya ‘padu’. Pembantu kami itu pun tak segan membentak-bentak, bahkan itu dilakukannya di luar pagar rumah kami. Malu kan kalau didengar tetangga. Dia sering meminta kenaikan gaji. Padahal kami sudah menaikkannya secara berkala. Belum lagi kami juga sering memberinya ‘uang lepas’. Kalau dihitung-hitung kan banyak tuh.
Istri saya nih, sudah emosi banget. Tersinggung banget. Dia mendesak saya untuk memberhentikan pembantu kami itu. Saya pribadi sih juga tidak suka dengan ‘perilaku menyimpang’ si pembantu. Tapi sebagai kepala keluarga, saya harus bisa melihat masalah dengan kepala dingin (ciee, dikompres kalee). Saya melihat hal yang jauh lebih penting, yaitu pengasuhan anak kami. Saya dan istri kan bekerja, berangkat pagi pulang malam. Nah, berarti sepanjang hari saya kan memasrahkan sepenuhnya anak kami kepada pembantu.
Satu hal yang saya yakini, dia sangat committed menjaga anak kami, seperti menjaga cucunya sendiri. Kejujuran dan loyalitasnya tidak saya ragukan. Meskipun bawel dan kadang-kadang kurang ajar kepada kami sebagai majikannya, di sisi lain dia sangat menjaga nama baik kami di luar sana. Dia juga tak pernah minta resign (mungkin dia tahu mana ada majikan yang mau menerima pembantu ‘ajaib’ seperti dia, kecuali kami hahaha).
Itu sudah saya jelaskan baik-baik ke istri, tapi gagal. Istri saya ngotot memberhentikan dia dan mencari pembantu baru untuk merawat anak kami. Ketika saya bilang kalau zaman sekarang susah cari pembantu yang cocok, dan kalaupun ganti pembantu baru belum tentu pekerjaannya sebaik pembantu lama, istri saya menukas: “Seharusnya dia juga tahu kalau zaman sekarang susah cari majikan sebaik kita!” Waduh, jadi pusing deh :-)
Saya pun mengalah. Saya sengaja tak membahas masalah itu lagi karena tahu situasi sedang ‘panas’. Biar emosi istri saya reda dahulu, sambil saya mencari momen tepat untuk membahas hal itu lagi. Sampai akhirnya minggu lalu santer diberitakan di media massa tentang bocah balita 3 tahun yang diculik dan dibunuh di Balikpapan. Fakta ini saya jadikan ‘senjata’ untuk meluluhkan istri saya.
Saya katakan, “Kita sudah punya orang yang tepat buat jagain anak kita. Terus terang kalau ganti pembantu baru, aku nggak bisa tenang.” Mendengar ucapan saya, istri saya manggut-manggut tanda setuju. Yes… ‘karir’ pembantu kami pun terselamatkan.
Saya lalu berpikir, betapa zaman sudah berubah. Pembantu rumah tangga kini mempunyai posisi bargaining power yang tinggi. Kalau dia kita berhentikan atau dia mengancam mengundurkan diri, kita jadi kelimpungan. Yah, dibilang butuh kita memang BUTUH dia. Betul tidak?
14 Juli 2009
Share This To :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Iya juga. Sekarang makin susah cari pembantu. Di rumah saya memang tidak ada pembantu (belum mampu huahahaha... :p), tapi di rumah orang tua saya sering terjadi pergantian pembantu karena pembantu sekarang banyak sekali permintaan yg macam-macam.
BalasHapusLebih susah lagi kalau mau cari pembantu yang commit dengan pekerjaannya. Baru kerja beberapa hari sudah mengeluh, alasannya terlalu banyak pekerjaan. Wah...
Mungkin musti cari pembantu seperti di film-film Taiwan, satu rumah pembantunya banyak supaya pekerjaan jadi ringan dikeroyok hahaha...
Sepertinya kebanyakan keluarga punya masalah dengan pembantu. Tapi ada baiknya kita membayangkan bagaimana kalau kita bekerja diperlakukan seperti mereka:
BalasHapus1) Kerja tanpa batas waktu
2) Harus selalu siaga tiap saat
3) Gaji dibawah Upah Mimimum Regional
4) Tanpa hari libur
5) Diperlakukan "taken for granted"
kerja baik tidak dipuji, kerja
jelek dimaki.
kalau memang gak bisa dikerjakan sendiri ya terpaksa harus bayar pembantu. tapi sayangnya banyak kerjaan dari pembantu yang gak sama dengan harapan kita. itu masalahnya... iya gak?
BalasHapusmasalah yg ckp rumit...
BalasHapussyukurlah klo sdh ada gencatan senjata
performa prt anda sgt bagus,,hanya terkadang dr sisi etika memang kurang pantas,,tp bukahkannya krn faktor pendidikan yg biasanya maaf sd - smp? ,harap dimaklumi bener2 walau memang makan hati sih.
waduh bingung mau komen apa, gak punya pembantu sih. ada sisi positif dan negatifnya juga ya.
BalasHapusmakasih sharingnya.
postingan yang menarik. Saya sih setuju sama pendapat mas kalo dipecat ntar yang akan susah ya kita. Sekarang khan sulit nyari prt langka kaya' gitu, yg paling sering PRT cuma bertahan tinggal dalam hitungan bulan, masalah prt agak "BAWEl" mungkin bisa jadi sakit hati sesaat tapi yang terpenting anak kita aman deh.
BalasHapusSaya gembira pembantu itu terselamatkan. Bawel itu "ciri khas" orang yang makin tua. Orangtua kita pun cenderung makin bawel saat menuju lansia. Di lain pihak, kebawelan sang rewang, juga sikapnya yang mungkin kasar, adalah cermin kedekatanya dengan sang majikan. Mungkin perasaan handarbeni-nya pada keluarga majikan sangat tinggi.
BalasHapusLagipula, pembantu memang harus diorangkan, bahkan mungkin "sangat diornagkan". Itu kompensasi dari pekerjaan dia yang luar biasa melelahkan itu (seperti komen Harry Nizam).
Bawel tanda sayang
BalasHapusBawel tanda sayang
BalasHapusada kemungkinan beliau memposisikan anda sbg keluarga bukan sebagai majikan...sebagai "orangtua" anda otomatis beliau merasa tidak berlebihan kalo kadang2 beliau sedikit "keras"(alias kurang ajar, di posisi anda)
BalasHapusTrims banyak buat teman-teman semua atas komennya. kita jadi tahu cara pandang yg beda-beda tentang pembantu. Thx..
BalasHapuswah wah pembantunya yahud nih... meneriakkan emansipasi pembantu y.. hehe
BalasHapusKasus ini juga dialami kakak saya. Keputusan akhirnya sama juga Mas Edwin, kakak ipar perempuan saya yang 'ngalah' (padahal sering diomelin PRTnya)... Demi anak, siap berkorban deh. Karena untuk ngurus anak, Mbak PRT yang satu ini bisa diacungi jempol...
BalasHapusEd..si kamu yakin sang Super Nenek itu buta huruf? Jangan2 nggak, dan saking canggihnya pun beliau melek teknologi dan baca blog ini...^_^
BalasHapusdi rumah q gda pembantu semua tugas d kerjakan sendiri-sendiri, sxan bljar mndiri, misalnya bersih2 rumah kan g harus perempuan yang ngerjain, laki-laki jg harus bisa, kya aq ni tiap pagi& sre aq sll bersih2 rmah, bantu2 ortu gt he.. he..
BalasHapusNice posting...kejadian yang anda alami hampir sama dengan yg saya alami. Selama kita masih membutuhkan pembantu, kita harus bisa lebih banyak sabar dan mengalah, walaupun kadang harus makan hati....Karena memang pada kenyataannya saat ini sulit sekali untuk mencari pembantu yang baik,jujur dan bisa diandalkan...
BalasHapuswah -wah,,, pembantunya baik juga ya,, tapi saya gak bisa komen apa-apa,, karna gak punya pembantu seh,, salam kenal aja gan
BalasHapuskeren sekali tuh gan informasinya ,sangat bermanfaat gan salam kenal aja gan
BalasHapushahaaa,,,sabar aja mas...
BalasHapuscerewedtt tanda sayang..
gkgkgkkgkkkk
emz ya tu tanda'y sayang mas
BalasHapusya..klo cerewet..memang kita suka kesel sama pembantu yang cerewet..! tapi klo kita sudah nyaman dengan pembantu yang sudah dipercayai oleh kita...ya pasrah dech..! ya..biasa orangtua..!
BalasHapusmemang sih kalo pembantu crewet kita suka kesel...tapi kalo emang pembantu it mejaga baik-baik anak kita dan nama baik keluarga ya ga pa-pa....
BalasHapussebenarnya sama-sama butuh sih mas, asal tidak saling meurgikan saja.
BalasHapuskoq bisa??
BalasHapusoh, klau saya gak akan mungkin bisa..
BalasHapusmemang susah kalo kita harus melepaskan pembantu yang sudah bertahun-tahun bekerja dan cukup di percaya.
BalasHapusharus nya peran ibu rumah tangga itu harus ada jangan hanya mengandalan pembantu rumah tangga.
BalasHapuskalo pembantu sudah lama dan tua pasti rewel jadi kita harus maklumi saja.
BalasHapusartikel yang bagus..
BalasHapusterimakasih.
Just wish to say your article is as astonishing. The clarity to your submit is simply cool and that i could think you're an expert in this subject. Well along with your permission let me to snatch your feed to stay up to date with forthcoming post. Thanks one million and please continue the rewarding work.
BalasHapusSeharusnya istri mas dari awal setuju kalau mas mempertahankan pembantu usia 60 tahun. Coba saja kalau dapat pembantu yang SExi seperti Inem...... malah istri mas bakal sussah dan tidak tenang... he....heee...
BalasHapusConsiderably, the content is generally one of the best on this subject worthwhile theme. My partner and i harmonise with all your conclusions and definitely will consistently will enjoy your current getting close to up-dates. Declaring thanks a lot will not likely you should be ample, in the fantastic understanding in your making. I most certainly will without delay get hold of the feed to keep up to date with all upgrades. Fabulous function and far financial success in yourbusiness transactions!
BalasHapusJaman sekarang pembantu ga ada yg bs dikasi hati. Sy sdh ngalamin sm bnyk pembantu. Pembantu yg sy 'orangkan' pada ga tau diri. Sy sampai pd titik dimana sy yakin ga ada pembantu baik jaman sekarang, semua Sama saja.. Ga tau diri
BalasHapus