Mengenal Incoterms

PADA abad ke-20 lalu, aktifitas perdagangan internasional mulai berkembang ke arah global. Akses ke pasar-pasar di seluruh penjuru dunia terbuka lebar. Komoditas pun diperdagangkan melintasi banyak negara dalam jumlah yang besar. Namun, seiring semakin kompleksnya dinamika perdagangan internasional, kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dan perselisihan antara penjual dan pembeli menjadi besar apabila kesepakatan awal mereka tidak secara gamblang dituangkan dalam sales contract.

Perselisihan yang mungkin timbul adalah mengenai bagaimana syarat penyerahan barang (terms of delivery), siapa yang menanggung biaya pengangkutan dari negara penjual ke negara pembeli, dan siapa yang menanggung risiko seandainya terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan selama barang dikirim dalam perjalanan.

Untuk mengatasi masalah ini, solusi sudah diciptakan berpuluh-puluh tahun lalu, tepatnya pada tahun 1936. Kamar Dagang Internasional (International Chamber of Commerce/ ICC) memublikasikan seperangkat aturan internasional untuk menginterpretasikan syarat-syarat perdagangan. Aturan itu dikenal dengan International Commercial Terms (Incoterms).

Itulah tujuan dipublikasikannya Incoterms. Diharapkan, terjadinya perbedaan interpretasi terhadap syarat-syarat perdagangan di antara pelaku perdagangan antarnegara dapat dicegah. Atau setidaknya ditekan serendah mungkin.

Satu hal yang harus ditekankan, ruang lingkup Incoterms terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban penjual dan pembeli terhadap SALES CONTRACT (perjanjian jual-beli), khususnya lagi yang berkaitan dengan PENYERAHAN BARANG. Itupun terhadap barang-barang yang “nyata”. Jadi, barang seperti software komputer –misalnya- tidak termasuk.

Memang, dalam praktik hubungan jual-beli, penjual dan pembeli tidak hanya melibatkan sales contract semata, tapi bisa juga kontrak-kontrak lain seperti kontrak pengangkutan barang (carriage contract), asuransi, atau kontrak pembiayaan. Tapi Incoterms cuma berhubungan dengan satu kontrak, yaitu kontrak penjualan (sales contract).

Tapi bagaimanapun juga, kesepakatan penjual dan pembeli menggunakan salah satu syarat penyerahan barang dalam Incoterms bisa berpengaruh pada kontrak mereka yang lain. Misalnya, penjual menggunakan syarat penyerahan barang Cost and Freight (CFR) atau Cost Insurance Freight (CIF). Itu berarti ia harus mengirimkan barangnya dengan kapal, tidak bisa dengan pesawat terbang. Untuk itu ia harus membuat kontrak pengangkutan dengan perusahaan pelayaran. Si penjual pun harus mengirimkan bill of lading (B/L) atau dokumen maritim lain ke pembeli, untuk menebus barang di pelabuhan tujuan.

Seiring waktu, Incoterms 1936 mengalami perubahan pada 1953, 1967, 1976, 1980, 1990, dan yang terakhir Incoterms 2000. Perubahan dilakukan waktu demi waktu untuk menyesuaikan dengan perkembangan dan dinamika perdagangan internasional.

Incoterms 2000 telah mengakomodasi semakin luasnya wilayah-wilayah yang menerapkan zona bebas cukai, meningkatnya penggunaan sarana komunikasi elektronik dalam transaksi bisnis, dan perubahan dalam metode transportasi. Incoterms 2000 menyederhanakan dan memperjelas ke-13 definisi syarat penyerahan barang yang ada.

Dibandingkan versi sebelumnya, Incoterms 2000 memuat perubahan yang substantif dalam dua area, yaitu:

- Pengeluaran barang dari pabean dan pembayaran kewajiban sesuai Free Alongside Ship (FAS) dan Delivered Ex Quay (DEQ)
- Kewajiban muat dan bongkar sesuai Free Carrier (FCA)

Demikian gambaran global tentang Incoterms beserta filosofi dan fungsinya. Jika anda ingin tahu lebih rinci apa saja dan bagaimana ke-13 syarat penyerahan barang (terms of delivery) dalam Incoterms 2000, silakan cek di artikel yang lain.