L/C Sebagai Jaminan Dana dari Luar Negeri?

Diasuh oleh: Saul Daniel Rumeser, Pengamat Ekspor Impor
Disadur dari: "Bisnis Indonesia"

Tanya:

Kami masih sangat awam mengenai instrumen yang namanya letter of credit (L/C) walaupun sudah sering membaca dan mendengarnya. Sepanjang yang kami ketahui biasanya instrumen L/C itu adalah berkaitan dengan perdagangan ekspor atau impor.

Namun beberapa waktu yang lalu kami menerima penawaran dari pihak tertentu yang katanya mempunyai akses kepada pihak-pihak di luar negeri yang bersedia memberikan dana dalam sepanjang pihak penerima dana dapat menjaminnya dengan instrumen L/C atau bank guarantee yang diterbitkan oleh bank di Indonesia.

Adapun jumlah dana yang ditawarkan tersebut cukup besar, yaitu USD 200 juta dengan jangka waktu 15 tahun dan grace period selama lima tahun. Berarti angsuran pengembalian baru akan dilakukan pada tahun keenam.

Dikatakan bahwa pinjaman itu adalah untuk diinvestasikan pada perusahaan yang hasil produksinya diekspor ke luar negeri sehingga pendapatannya adalah dalam bentuk valuta asing. Bunga dari skema pinjaman yang ditawarkan sangat menarik karena murah sekali, apalagi bila dibandingkan dengan tingkat bunga pinjaman dalam valuta asing yang berlaku di bank-bank saat ini. Rincian skema pinjaman ini tidak dapat saya sajikan di sini karena cukup rumit. Namun prinsip dasarnya jaminan yang dimintakan hanyalah bank guarantee atau stanby L/C yang harus diterbitkan oleh bank milik pemerintah. Mengingat hal ini cukup menjanjikan, maka kami minta petunjuk Bapak. Terima kasih.

Hadinata, Jakarta

Jawab:

Saya ingatkan untuk ekstra hati-hati terhadap penawaran sejenis ini karena modus operandinya semakin lama semakin canggih, dalam arti semakin ‘masuk akal’ dan ‘menggairahkan’ bagi orang awam, apalagi bagi yang perlu dana untuk kelangsungan usahanya. Untuk itu saya mengajak anda untuk melihat beberapa hal berikut ini:

Instrumen bank yang bersifat ‘menjamin’ berupa bank guarantee, standby L/C, promissory notes, dan sebagainya dalam valuta asing dan dengan jumlah yang sedemikian besarnya saat ini rasanya tidak semudah itu diperoleh, karena untuk penerbitan instrumen semacam itu bank harus tidak melanggar rambu seperti capital adequacy ratio (CAR) dan batas maksimum pemberian kredit (BMPK) mengingat penerbitan itu pada hakikatnya adalah pemberian fasilitas kredit tidak tunai (noncash loan). Belum lagi menyangkut masalah jaminan tambahan yang harus diserahkan kepada bank atau setoran self financing yang harus disediakan.

Kalaupun misalnya ada bank di Indonesia yang mau dan sanggup menerbitkan jaminan demikian untuk saat ini rasanya hampir tidak mungkin ada pihak di luar negeri yang bersedia menerimanya. L/C impor yang diterbitkan oleh bank-bank di Indonesia masih banyak yang dimintakan confirmation dari pihak lain di luar Indonesia kalau tidak dengan cash collateral.

Insentif yang ditawarkan oleh si pemrakarsa skema ini biasanya sedemikian menariknya sehingga menjadi tidak masuk akal bila dihadapkan dengan rate yang berlaku di pasar (berselisih ratusan sampai ribuan basis poin).

Pola skemanya sendiri seringkali sedemikian rumitnya sehingga bila kita tuangkan dalam suatu diagram yang sistematis akan terlihat kejanggalannya.

International Chamber of Commerce (ICC) sampai-sampai mendirikan biro khusus, yaitu ICC’s Commercial Crime Bureau yang berkantor di Inggris dan dipimpin oleh seorang executive director. Demikian pula di beberapa negara maju seperti Amerika serikat dan beberapa negara di Eropa Barat, gara-gara semakin maraknya usaha fraud sejenis ini.

Saran saya adalah konsultasikan dengan bank Anda setiap ada penawaran serupa.