03 Juli 2009
7 comments

Masih Suporter Sejatikah Saya?

Jumat, Juli 03, 2009
Begitu Persebaya merebut jatah tiket terakhir promosi ke Indonesia Super League (ISL) 30 Juni lalu, para penggila bola dan pendukung fanatik Persebaya bersorak-sorai. Akhirnya… klub sepak bola kebanggaan mereka bisa tampil lagi di kasta tertinggi kompetisi sepak bola Indonesia.

Sebagai orang Surabaya yang gibol, tentu saya juga ngefans berat ke Persebaya. Sejak kecil saya sudah suka Persebaya. Dulu saya sering diajak almarhum ayah saya ke stadion nonton pertandingan Persebaya. Ayah saya sendiri pernah menjadi bek Persebaya di era 1960-an. Memang sih ayah saya tidak ngetop banget. Tapi konon beliau pernah berantem di lapangan dengan Ramang, penyerang PSM Makassar yang kesohor itu. Lumayan, numpang ngetop :-) Lho, berantem kok bangga… :-D

Saat Bajul Ijo -julukan Persebaya- melawan Persija Jakarta di final Divisi Utama pada 1988 silam, saya sampai ‘panas dingin’ di depan TV dan sembunyi di kamar, tak kuasa melihat pertandingan yang begitu menegangkan. Begitu Persebaya menang 3-2, saya langsung melonjak kegirangan dan berlarian di dalam rumah.

Setahun kemudian, Persebaya kembali lolos ke final. Kali ini lawannya Persib Bandung. Ketegangan kembali saya rasakan sambil melototi layar TV. Besar keyakinan Bajul Ijo bakal mengulangi sukses tahun sebelumnya. Tiba-tiba asa menjadi surut saat Subangkit, bek Persebaya, membuat gol bunuh diri. Saya langsung ngacir ke luar rumah dan nongkrong sendirian di halaman depan rumah tetangga. Petang itu kampung kami begitu senyap. Semua ada di dalam rumah nonton bola. Saat tahu pertandingan telah usai dan Persebaya menyerah 0-2 dari Persib, saya kembali ke rumah dengan langkah gontai. Demotivasi…

Dua puluh tahun berlalu. Saat nonton di TV pertandingan play-off Persebaya vs PSMS Medan 30 Juni lalu, saya justru berharap Persebaya kalah. Lho kok? Sudah tidak ngefans lagi? Tidak juga. Saya masih penggemar berat Persebaya. Tentu saya ingin Persebaya yang menang.

Saya cuma berpikir tentang BONEK. Tahu kan siapa Bonek? Kelompok suporter Persebaya yang kerap bikin masalah itu tuh. Kalau Persebaya menang dan kembali berlaga di level teratas kompetisi sepak bola, maka Bonek akan kembali menggeliat di kota Surabaya yang sempat ‘tenang’ beberapa tahun terakhir. Saya kuatir mereka kembali jadi momok bagi warga Surabaya.

Setiap kali Persebaya berlaga di kandang, banyak warga kota yang mengikuti perkembangannya. Bukan hanya yang gibol (bukan Bonek) yang ngebet datang ke stadion atau sekedar mengikuti lewat TV atau radio. Yang bukan gibol pun tak kalah memberikan atensinya. Cuma, bukan untuk mengikuti pertandingan, melainkan mengetahui jam berapa pertandingan berlangsung dan rute yang biasa dilalui Bonek. Tujuannya supaya tidak berpapasan dengan Bonek di jalan. Kuatir dipalak atau ditimpuk mobilnya.

Kekuatiran itu tidak berlebihan. Para Bonek yang pulang dari Bandung setelah menonton Persebaya vs PSMS membuat onar di stasiun Solo. Mereka melempari kaca kantor stasiun sampai pecah berantakan. Ooh, lagi… Dan itu yang ke sekian kali mereka lakukan.

Hasil pertandingan itu sendiri 7-6 untuk Persebaya lewat adu penalti. Artinya, Bonek sudah siap mengisi amunisi untuk beraksi musim depan. Saya menghela nafas panjang melihat ‘kabar baik’ itu.

Lho, bukannya saya suporter Persebaya?

7 comments:

  1. Bagus.
    Persebaya kucinta, keberingasan Bonek-nya saya nggak suka. Semoga nantinya (jangan terlalu lama) bisa jadi gibol berperadaban tinggi.

    Emang Mas Edwin pernah jadi wartawan? Di mana? Bukannya udah jadi salah satu manajer di BNI?

    Aku sih tetap di Surabaya Post. blogku: http://thepoetreporter.blogspot.com. Msih sangat sederhana. Nggak kuat ngopeni.

    Salam

    BalasHapus
  2. Hehe jadi gibol berperadaban tinggi harus ubah kulturnya dulu..
    Apa? Manajer? Kuanggap itu sebagai doa. Amien... :)

    BalasHapus
  3. This is very interesting, You're an excessively skilled blogger. I have joined your feed and sit up for searching for more of your excellent post. Also, I have shared your website in my social networks.

    BalasHapus
  4. Bonex harus diorganisir agar tidak meresahkan....,

    BalasHapus
  5. Thank you for the sensible critique. Me and my neighbor were just preparing to do a little research about this. We got a grab a book from our area library but I think I learned more from this post. I am very glad to see such wonderful information being shared freely out there.

    BalasHapus

 
Toggle Footer
Top