Hukum Psikologis Timbal Balik

Secara psikologis, asas timbal balik sangat ampuh digunakan sebagai strategi untuk menjual. Seseorang yang semula tidak berminat membeli produk yang kita tawarkan bisa berbalik 180 derajat, dengan kekuatan hukum timbal balik itu. Kekuatannya sangat besar.

Sebagai contoh, seorang petugas panti asuhan sedang meminta sumbangan kepada seorang ibu. Ada dua cara meminta sumbangan yang mungkin dilakukan Budi, nama petugas panti asuhan itu. Masing-masing cara itu bisa berbeda hasilnya. Cara pertama: “Selamat pagi Bu, saya Budi dari panti asuhan. Kami menjual stiker. Ada yang harganya 100 ribu, ada yang 20 ribu, ada juga yang harganya 5 ribu. Silakan, ibu mau beli yang mana?”

Cara kedua: “Selamat pagi Bu, saya Budi dari panti asuhan. Kami menjual stiker. Ada yang harganya 100 ribu, ada yang 20 ribu, ada juga yang harganya 5 ribu. Silakan dilihat-lihat dulu.” Ditambahkan oleh Budi, “Kebetulan tadi saya haus, saya beli air mineral, sekalian saya belikan buat ibu. Silakan Bu, ini air minumnya.”

Jika survei disuruh membuktikan, cara yang mana yang lebih sukses? Ya betul, cara kedua lebih “berenergi” dibandingkan cara pertama. Begitu si ibu menerima air mineral dan sama-sama minum, sumbangannya sangat mungkin naik tiga kali lipat. Inilah yang dimaksud dengan hukum timbal balik dalam strategi penjualan. Sangat powerful sekali. Saking powerful-nya hingga tidak bisa ditolak.

Kok bisa ya? Semua berkaitan dengan alam bawah sadar manusia. Ketika sudah menerima sesuatu dari orang lain, ada keinginan untuk memberi sesuatu in return kepada orang yang sudah memberi tersebut.

Ada contoh lain. Seorang penjual asuransi dengan baik hati memberi hadiah ulang tahun kepada seseorang dan istrinya yang melahirkan putra mereka. Ketika akhir tahun tiba, penjual asuransi itu datang menemui pasangan suami istri tadi dan bercerita kalau akhir tahun biasanya dia berlibur keliling dunia. Namun, tahun ini tidak bisa karena target penjualannya belum tercapai, kurang sedikit. Kemudian dia minta bantuan dan tanpa sadar sang suami berkata “Ya”.

Akhirnya mereka membeli asuransi baru meskipun sebenarnya mereka belum begitu membutuhkannya, karena mereka sudah mempunyai delapan polis asuransi.

So, ilmu ini “berbahaya”, tidak boleh digunakan untuk menjual sesuatu hal yang tidak bermanfaat karena ilmu ini sangat powerful.




Sumber: www.tdwclub.com