Kita juga sering diingatkan untuk tak pernah menunda bersedekah. Bersedekahlah selagi kaya (mampu), sebelum miskin. Bersedekahlah selagi sehat, sebelum sakit. Bersedekahlah selagi di atas, sebelum di bawah. Dan bersedekahlah selagi masih hidup, sebelum mati.
Tapi benarkah kita sudah bersedekah? Sudahkah kita selalu menyisihkan sebagian harta kita untuk mereka yang membutuhkan, baik yang meminta maupun yang tidak meminta? Sudahkah kita merasa yakin kita tak akan jatuh miskin gara-gara mengalokasikan dana kita untuk kepentingan orang lain? Kita pasti sudah sadar, tapi sudahkah kita mengambil tindakan nyata?
Saya pribadi –jujur- belum total melakukannya. Saya sudah MELAKUKAN sedekah, tapi belum MENDIRIKAN sedekah. Sedekah dilakukan kalau ingat saja, tidak diprogram secara sistematis. Akibatnya, saat muncul keinginan bersedekah namun kantong sedang kempes, saya berada di persimpangan jalan. Antara menyalahkan diri sendiri karena belum menyisihkan uang saat masih ‘banyak’ dan membela diri ‘tidak perlu’ bersedekah karena kondisi keuangan sedang tidak memungkinkan.
Merasa diingatkan
Saya mendapatkan hikmah berharga. Liburan Idul Adha kemarin saya pergi ke desa tempat mertua saya tinggal, di Desa Barat Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan Jawa Timur. Para sanak saudara memanfaatkan momen Idul Qurban itu untuk berkumpul bersama dan bersilaturahmi.
Saya menyempatkan hadir di sebuah acara yang diselenggarakan di Desa Manjung, memenuhi permintaan mertua agar saya datang ke sana. Di sana para kerabat sudah berkumpul. Saya merasa ada sebuah acara spesial di sana, karena hadir seorang pemuka agama yang memberikan ceramah agama, mirip kondangan. Ternyata, itu adalah acara peresmian pembangunan masjid wakaf yang kemudian ditandai dengan peletakan batu pertama oleh lurah Desa Manjung. Mengapa harus mendatangkan lurah segala? Selain karena kehidupan egaliter masih kental terasa, juga karena pak lurah itu ternyata masih kerabat keluarga istri saya, hehehe.
Adalah pakdhe (paman) istri saya yang mewakafkan tanah itu untuk dibangun sebuah masjid. Tanah seluas 900 m2 dengan bangunan rumah khas desa itu adalah warisan keluarga yang dibeli oleh pakdhe istri saya untuk kemudian diwakafkan atas nama keluarga yang berhak menerima warisan itu. Biaya pembangunan masjid sepenuhnya ditanggung olehnya. Kelak setelah masjid wakaf itu telah berdiri, akan dimanfaatkan untuk sarana ibadah dan pusat pendidikan agama untuk warga sekitar.
Saya salut. Ini adalah bentuk ‘tabungan akhirat’ yang nyata. Memberikan manfaat untuk orang lain adalah hal mulia. Bahwa pakdhe istri saya bersedekah di kala usia senja (usianya sekitar 68 tahun) adalah hal wajar, itu benar. Namun perlu diketahui, tidak semua orang mau melakukan hal itu sekalipun usianya sudah senja dan berduit. Tidak semua hati tergerak melakukannya. Saya melihat pakdhe bukanlah orang kaya raya. Dia pensiunan dosen biasa. Harta tentu di punya. Yang patut dihargai, dia mau menyisihkan (banyak) hartanya untuk ‘tabungan akhirat’.
Hal yang biasa, sekali lagi. Tapi tidak semua orang mau melakukannya. Saya pun mendapatkan pelajaran berharga dari sana. Saya harus bersedekah selagi muda. Kalau insya Allah nanti diberi umur panjang dan masih mampu bersedekah, mengapa tidak?
Daripada dibuang sayang, ini ada beberapa foto yang saya ambil di tengah-tengah acara tersebut. Lho, kok ada Rasha ikut mejeng di tengah tumpukan batu bata? (hehehe, bisa narsis juga dia)
nice articke ...
BalasHapusmaalahnya kadang kita (atau paling gak saya) keseringan menunggu untuk kaya dulu sebelum bersedekah... :D
BalasHapuskalo menabung harta mudah tapi menabung untuk akhirat itu yang sulit :P
BalasHapussemoga menjadi tabungan akherat, mendapatkan ridha-Nya. amiiinnn.
BalasHapuskoreksi diri juga nih, makasih sudah diingatkan mas Edwin.
gemezz....lihat pic Rasha.
BalasHapussalam sobat
BalasHapusiya trimsdiingatkan menabung untuk akheratnya,,
semoga kita semua menabung ,,,amiinn,,
fotonya keren ooee,,
salam buat Rasha ya,,mas EDWIN..
nice artikel mas..,
BalasHapusmemang ga mudah menabung untuk akhirat..
tapi thanks dh di ingatkan mas..
oya, rasha imoet banget mas he..pasti bahagia banget punya anak yg lucu n imoet gitu he..he..
Terima kasih sudah mengingatkan. Sebenarnya harta yang memang 'milik' kita sebenarnya adalah harta yang kita sedekahkan... dan harta 'sedekah' ini akan memayungi kita di padang mahsyar nanti
BalasHapuswow...
BalasHapusdalam banget...
saya juga mas pengen nyari amal yang banyak2
biar mengamankan posisi surga
waduh amal saya masih dikit juga, makanya akan terus beramal dengan keiklasan
BalasHapuswah anaknya pipinya chubby, cubit ahh
nice article sob..
BalasHapusmenginspirasi sekali mas...
BalasHapussalam...lama nggak berkunjung ke sini ne...
keren...
BalasHapussalam blogger mas
luar biasa si pakdhe kang Edwin...
BalasHapuscontoh yg sulit kt ikuti pd jaman skr ini..
memang sedekah yg paling susah adalah pd saat kt lg tongpes tp ada yg lbh membutuhan...
tp klo bs 'lulus'..wowwww...
Menabung untuk akherat, sangat penting, karena itulah hidup keabadian kita selamanya
BalasHapusSetuju nih. Sedekah itu bisa menambah rizki kita menjadi berlipat-lipat.
BalasHapusDalam hal sedekah, unsur paling utama adalah "keikhlasan". Besar atau kecilnya sedekah tidak menentukan deposit tabungan kita di akhirat. Keikhlasan hati kita pada saat memberikan sedekah, itulah yg ditransfer ke rekening akhirat.
BalasHapusmari kita tingkatkan nabung untuk akherat nanti ... hehhee....
BalasHapusnice article mas...
salam blogger,,
berbuatlah kebaikan saat ini
BalasHapussebentar lagi kita akan mati
Trims gan telah mengingatkan, hidup ini smntara ada kehidupan kekal yg mesti kita persiapkan..
BalasHapusnice post,,,
ypz stju bgt, jgn hnya d dunia z,
BalasHapusmenabung ngga hanya di dunia , di akhirat pun harus malah wajib .
BalasHapusnice artikel :)
makasih gan udah di post..
BalasHapusmemang sudah gg bisa di pungkiri jika saat ini kita hanya di sibukan dengan urusan dunia, ,,,
tanpa memikirkan akhirat yang kekal nanti..
smoga bisa dilaksanakan..
BalasHapusberapapun hasil ny yg disisihkan akan tetap bermanfaat disana..
BalasHapusSome genuinely great posts on this site, thankyou for contribution.
BalasHapusI am often to running a blog and i actually respect your content. The article has actually peaks my interest. I'm going to bookmark your website and preserve checking for brand spanking new information.
BalasHapusManfaatkan masa sempatmu sebelum masa sempitmu
BalasHapusartikel yang bagus
BalasHapusterima kasih atas informasinya
BalasHapus