Si Nyeleneh Calon Walikota? Itu Baru Kreatif!

Di Amerika ada seorang pria nyentrik yang mencalonkan diri menjadi walikota New York City, di negara bagian New York. Namanya Robert John Burck. Dia adalah seorang musisi jalanan. Dibilang nyentrik karena dia mempunyai penampilan khas: berambut pirang panjang sepunggung, bertopi koboi, bersepatu lars panjang, bergitar, dan –ini yang paling bikin heboh- hanya BERCELANA DALAM. Karena itulah dia dijuluki ‘The Naked Cowboy’ (Koboi Bugil).

Pada 22 Juli lalu Burck Si Koboi Bugil mendeklarasikan pencalonan dirinya sebagai walikota di Time Square, New York. Dia berambisi menggantikan posisi walikota incumbent, Michael Bloomberg. Selain berkampanye langsung, Burck juga memanfaatkan internet untuk mencari dukungan dengan membuat sebuah website.

Slogan kampanyenya adalah “Because Nobody Has Done More with Less”. Kedengarannya menggelikan, tapi rasanya itu sangat mempresentasikan siapa dirinya, sesuai dengan penampilannya yang ‘sangat kurang dalam berpakaian’ (less). Burck mengangkat keterpurukan ekonomi masyarakat Amerika pascakrisis global sebagai topik kampanyenya. Dia menyerukan pentingnya pengiritan dalam kehidupan sehari-hari. Dia bilang, “Sekarang saatnya mengencangkan ikat pinggang, meskipun itu cuma ungkapan karena saya tak pernah pakai ikat pinggang. Tapi di situlah poinnya. Saya tak butuh ikat pinggang dan pakaian. Dan saya tak akan membeli setelan jas hanya karena saya mencalonkan diri menjadi walikota.”

Ada-ada saja. Kalau dilihat dari sudut pandang orang Amerika, hal itu tentu sangat lumrah dan biasa. Tapi dari sudut pandang kita -orang Indonesia- yang lekat dengan budaya ketimuran, besar kemungkinan mengundang kontroversi. Bagaimana mungkin orang yang tanpa malu pergi ke mana-mana hanya dengan bercelana dalam menjadi pemimpin. Di mana wibawanya? Apakah bisa menjadi teladan? Atau justru gaya nyelenehnya itu yang ‘diteladani. Dan sebagainya, dan sebagainya.

Yah, itulah kontroversi. Kalau dibahas tak akan ada ujungnya. Karena itu saya pikir lebih baik kita melihatnya dari sisi positif. Pasti ada dong sisi baik yang bisa dijadikan pelajaran di balik sisi kontroversialnya [Su’udzon Mode: OFF] :-)


Get out of the box = Kreatiflah

Akhir-akhir ini saya sering mendengar kalimat ‘Get out of the box!’. Sebuah ungkapan untuk mengajak supaya lebih kreatif, keluar dari KONVENSIONALITAS dan STANDAR, untuk mencapai apa yang sedang kita buru. Saya melihat apa yang dilakukan Burck adalah sebuah upaya untuk get out of the box. Terlepas dari dia bakal terpilih menjadi walikota atau tidak, yang jelas dia telah berhasil mendapat atensi yang sangat besar. Itu telah menjadi magnitude yang sangat kuat bagi semua orang untuk memilihnya.

Di sekitar kita pun sudah banyak orang yang menganut ‘paham’ get out of the box. Dan terbukti cukup ampuh membantu mencapai tujuannya. Kita ambil saja contoh para selebriti kita. Pertama, grup band Hijau Daun. Sebagai grup baru yang ingin eksis di persaingan industri musik, Hijau Daun sadar harus melakukan cara yang ‘tidak biasa’ untuk mencuri perhatian. Maka digandenglah Luna Maya untuk menyanyi bersama di lagu yang berjudul ‘Suara’. Luna Maya cantik, itu jelas. Terkenal, itu pasti. Tapi dia kan BUKAN penyanyi? Nah, di situlah poinnya. Di situlah letak keanehan, ketidakbiasaan, dan keunikannya. Perhatian orang pun berhasil disedot. Banyak yang penasaran lihat Luna Maya menyanyi. Otomatis, Hijau Daun kena imbas untungnya juga. Semua jadi dapat suksesnya, ya Hijau Daun, ya Luna Maya, ya produser rekamannya.

Kedua, mentalis Deddy Corbuzier dan Romy Rafael. Selama ini penampilan mereka biasa-biasa saja, tak seheboh dandanannya. Bahkan tahun lalu mereka seperti mencapai titik nadir kejenuhan, hampir tenggelam namanya. Tahu-tahu mereka muncul di infotainment dengan saling menjelekkan satu sama lain. Orang mungkin berpikir mereka berseteru sebagai sesama mentalis. Tapi saya curiga, jangan-jangan ini upaya mereka untuk kembali mencuri perhatian orang. Saya berpikir itu adalah strategi marketing sebagai upaya get out of the box untuk mereguk popularitas yang lebih dahsyat. Memang itu pendapat saya secara subjektif saat itu. Tapi saya kini mendapat jawabannya. Deddy Corbuzier dan Romy Rafael namanya meroket. Mereka masing-masing punya acara di televisi, bahkan tampil bersama.

Ketiga, Bob Sadino, pengusaha nyentrik yang suka bercelana pendek. Dalam bukunya “Mereka Bilang Saya Gila”, pengusaha yang kini usianya sudah beranjak sepuh itu menceritakan bagaimana dia melakukan revolusi dalam hidupnya, dari seorang pegawai kantoran yang sudah ‘mapan’ kemudian banting setir menjadi pengusaha yang betul-betul mulai dari nol. Menurut Bob, selama ini sekolah mengajar kita untuk TAHU, bukan untuk BISA. Akibatnya, sarjana ber-IPK tinggi pun susah mencari pekerjaan yang sebanding dengan ‘ILMU TAHU’-nya. Tak heran kalau misalnya kita ingat seorang teman kita saat sekolah dulu begitu nakal, malas, suka membolos, dan nilainya merah terus. Tapi tiba-tiba kita tahu sekarang dia begitu sukses. Mengapa bisa begitu? Karena upaya get out of the box, keluar dari konvensionalitas dan standar.

Apa yang dilakukan Robert Burck adalah suatu kreativitas tinggi yang disertai KEBERANIAN luar biasa, terlepas dari sisi kontroversialnya. Dia menggunakan cara yang sangat tidak lazim dalam upaya merebut perhatian orang. Dan itu berhasil dilakukannya. Dalam kehidupan kita pun rasanya perlu kita mencontoh kreativitas dan keberanian seperti itu, walaupun kita tidak harus ikut-ikutan bugil. Bisa dianggap kurang waras kita nanti :-)